Rabu, 29 Februari 2012
Sabtu, 25 Februari 2012
PROSEDUR PEMBUATAN OBTURATOR BERGIGI PALATAL LIFT DENGAN BASIS FRMEWORK PADA KASUS CLEFT PALATE DIBAGIAN POSTERIOR
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang.
Saat
ini di lingkungan masyarakat banyak dijumpai bayi, anak-anak dan orang dewasa
yang mempunyai kelainan berupa adanya celah pada bagian palatal. Kelainan ini
berbentuk sebuah gerong yang lebih
sering disebut dengan istilah defek. Penyebab kelainan berupa defek ini bisa
karena kelainan bawaan lahir, trauma akibat kecelakaan atau disebabkan karena adanya tumor yang
telah di operasi. Perawatan tumor palatal dengan operasi biasanya akan
menimbulkan cacat maksila yang disertai
adanya gerong. Gerong atau defek maksila yang terdapat pada daerah palatum
lunak dapat menyebabkan seseorang tidak
percaya diri karena menimbulkan gangguan suara pada saat berbicara. Pada
kondisi ini pasien memerlukan bantuan
untuk mengoreksi kelainan tersebut dengan sebuah alat yang disebut obturator.1
Obturator
merupakan alat yang didesain untuk
menutup suatu lubang atau celah yang terbuka, walaupun telah dilakukan operasi.2
Kelainan berupa cleft palate dibagian posterior mempengaruhi suara
seseorang, oleh karena itu desain obturator yang dipilih adalah desain
obturator palatal lift ,yaitu salah satu tipe obturator yang digunakan
untuk menutupi defek pada kasus cleft palate dibagian posterior,.3
Dimana protesa obturator palatal lift ini didesain mempunyai ekor dibagian
posterior. Ekor inilah yang digunakan untuk menutupi defek pada palatum lunak,
palatum keras dan perluasan pada daerah pharing untuk memperbaiki fungsi bicara.4
Kadang
kala kondisi cleft palate disertai kehilang beberapa gigi, sehingga
disebut protesa obturator bergigi. Tipe protesa obturator bergigi palatal
lift selain berguna menutup defek, juga
membantu seseorang saat bicara, pengunyahan dan penelanan.5
Tipe
bahan basis protesa obturator bergigi palatal lift ada beberapa macam, salah
satunya adalah menggunakan logam tuang yang disebut framework.5
Menjadikan framework sebagai basis dikarenakan framework memiliki
keuntungan dan kerugian dibandingkan dengan penggunaan basis dengan bahan lain.
Dari uraian tersebut diatas penulis tertarik untuk membahas karya
tulis ilmiah ini dengan judul prosedur pembuatan protesa obturator bergigi palatal
lift dengan basis framework pada kasus cleft palate
dibagian posterior. Selain merupakan hal yang baru dan belum pernah dilakukan
dikampus Jurusan Teknik Gigi Poltekes Kemenkes Jakarta II, penulis juga sangat tertarik
dan ingin melakukan prosedur kerja laboratorium untuk kasus karya tulis ilmiah
tersebut.
1.2. Batasan
Masalah
Pada penyusunan karya tulis ilmiah ini, penulis membatasi masalah
hanya tentang prosedur pembuatan protesa obturator bergigi palatal lift dengan
basis framework pada kasus cleft palate dibagian posterior.
1.3. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dipaparkan diatas, maka dalam Karya Tulis Ilmiah ini penulis merumuskan
“Bagaimana prosedur pembuatan protesa obturator bergigi palatal lift dengan basis framework pada kasus cleft
palate dibagian posterior ?“
1.4. Tujuan Pembahasan
1.4.a.Tujuan Umum
Memberikan
gambaran mengenai prosedur pembuatan protesa obturator bergigi palatal lift dengan basis framework pada kasus cleft
palate dibagian posterior.
1.4.b. Tujuan Khusus
Adapun tujuan
khusus dari penulisan ini antara lain :
·
Menambah
pengetahuan penulis tentang prosedur pembuatan protesa obturator bergigi palatal
lift dengan basis framework
pada kasus cleft palate dibagian posterior
disertai kehilangan gigi posterior, karena penulis belum pernah mempraktekannya
di Laboratorium Jurusan Teknik Gigi Poltekes Kemenkes Jakarta II.
·
Melatih pola
pikir penulis dalam mengatasi masalah yang dihadapi setelah menyelesaikan
perkuliahan.
·
Untuk
memotifasi diri penulis agar tidak terlalu tertinggal dengan ilmu teknologi laboratorium
gigi yang dari hari-kehari kemajuannya sangatlah pesat.
1.5. Manfaat
Penulisan.
Dalam
penyusunan karya tulis ilmiah ini penulis berharap akan bermanfaat dan dapat
menambah wawasan mengenai prosedur pembuatan protesa obturator bergigi palatal
lift dengan basis framework pada kasus cleft palate dibagian posterior.
1.6.
Metode Penulisan
Metode penulisan Karya Tulis Ilmiah ini disusun dengan menggunakan metode penulisan studi
model , dibantu referensi yang berhubungan
dengan kasus yang penulis kerjakan.
Adapun literatur maupun referensi yang penulis pakai diperoleh dari
beberapa perpustakaan Jurusan Teknik Gigi
Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan Jakarta II, perpustakaan Kedokteran Gigi
Universitas Indonesia , perpustakaan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Trisakti
Jakarta maupun internet.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
Pada penulisan
karya tulis ilmiah ini, khususnya dalam tinjauan pustaka, penulis akan
menjelaskan hal-hal yang berhubungan dengan prosedur pembuatan protesa
obturator bergigi palatal lift dengan basis framework pada kasus cleft
palate dibagian posterior.
2.1 Defek Maksila
2.1.a. Pengertian Defek
Maksila.
Defek maksila
adalah suatu kelainan berbentuk sebuah celah atau gerong pada rahang atas disebabkan faktor bawaan sejak
lahir, trauma akibat kecelakaan atau disebabkan karena tindakan operasi (tumor,
benjolan, kista). Defek maksila
melibatkan palatum keras dan palatum lunak yang diperpanjang sampai daerah
vellopharyngeal, defek maksila yang ada
ini dapat menyebabkan penderita saat bicara terdengar suara sengau, dapat pula menyebabkan seseorang mengalami
kesulitan saat berbicara , pengunyahan, menelan dan estetik.1
2.1.b Penyebab Defek
Maksila.5
·
Defek bawaan
sejak lahir (Congenital).
·
Defek karena tindakan
operasi (Acquired).
2.1.c.
Klasifikasi Defek Maksila Disertai Kehilangan Gigi.
Klasifikasi
defek disertai kehilangan gigi sebagian rahang atas terbagi atas 6 kelas Aramani,7,8
yaitu :
· Kelas I
Defek
1 sisi maksila, berupa kehilangan gigi dan tulang alveolar sampai garis median.
·
Kelas II
Defek berada di 1 sisi posterior maksila,
gigi yang tersisa pada anterior dan
posterior sisi lain.
· Kelas III.
Defek
terletak di bagian tengah Palatum dan semua gigi berada dalam kondisi
terpelihara.
·
Kelas IV.
Defek pada sisi maksila melewati garis
median, gigi yang tersisa ada diposterior disalah satu sisi rahang .
·
Kelas V
Defek pada maksila di 2 sisi melewati garis
median.
·
Klasifikasi Desain Defek Kelas VI
Defek berada pada regio antara 2 sisi gigi yang sisa pada
posterior.
2.2. Protesa Obturator Bergigi Palatal Lift.
2.2.a. Pengertian.
Protesa obturator bergigi palatal lift adalah suatu alat yang secara fisik didesain
untuk mengatasi kekurangan palatopharyngeal yang terjadi secara alamiah
atau akibat operasi sebagian ataupun seluruh rahang atas oleh karena tumor pada
kasus cleft palate, disertai kehilangan gigi.9 dan berfungsi
:
·
Menutup defek agar tetap bersih (makanan atau minuman
tidak masuk).
·
Membantu pembentukan kembali kontur palatal.
·
Memperbaiki fungsi bicara ( suara ).
·
Memperbaiki fungsi estetik pada bagian pipi.
·
Memperbaiki fungsi pengunyahan dan penelanan.
Gambar 1. Contoh obturator bergigi
palatal lift
2.2.b. Tipe Protesa Obturator Bergigi Palatal Lift.
Tipe-tipe protesa obturator bergigi palatal lift
diklasifikasikan berdasarkan beberapa hal, yaitu :
·
Berdasarkan
waktu pemasangan,5 yaitu :
- Protesa obturator immediate ( immediate surgical obturator prosthesis)
atau obturator pembedahan, adalah suatu protesa yang dirancang untuk menggantikan struktur komponen rahang atas
yang hilang dan struktur dento
alveolar setelah operasi selesai. Dipasang langsung setelah operasi selesai
sampai masa penyembuhan.
Gambar
2. Protesa obturator palatal lift
imadiat surgery.
-
Obturator interim adalah suatu protesa yang dibuat
beberapa minggu atau beberapa bulan setelah pembedahan sebagian dari atau kedua
bagian maksila termasuk penggantian gigi di daerah yang mengalami kecacatan.
Protesa obturator ini menggantikan protesa obturator imadiat surgical yang
dipasang segera setelah pembedahan.
Gambar 3. Prothesa obturator palatal lift Interim.
-
Obturator definitive adalah obturator permanen
yang menggantikan sebagian atau seluruh rahang
atas dan gigi-gigi yang hilang akibat pembedahan atau trauma dan akan
dipergunakan pasien seterusnya.
Gambar 4. Obturator palatal lift definitif.
·
Berdasarkan ada
atau tidaknya rongga, dibagi menjadi dua,5 yaitu :
-
Obturator
palatal lift berongga.
-
Obturator
palatal lift tidak berongga .
·
Berdasarkan
bahan basis yang paling sering dipergunakan,10 yaitu :
-
Menggunakan
resin akrilik
-
Menggunakan resin
visible ligh cured (VLC).
-
Menggunakan framework
(kerangka logam).
-
Karet silikon.
-
Kombinasi
·
Berdasarkan fungsinya.4
-
Tipe simple
base plate.
Membantu untuk memperbaiki saat menelan, saat makan dan saat
berbicara.
-
Tipe obturator
dengan ekor.
Terdiri dari speech appliance atau
speech aid, digunakan untuk memperbaiki defek pada palatum lunak, palatum
keras dan velopharyngeal extension untuk memperbaiki fungsi bicara.1,4,5
-
Tipe overlay denture dan superim denture.
2.3 Basis Protesa
Obturator Bergigi Palatal Lift Framework.
2.3.a. Pengertian
Basis Protesa Obturator Bergigi Palatal Lift Framework.
Basis protesa obturator bergigi palatal
lift framework adalah suatu basis protesa obturator yang terbuat dari
kerangka logam tuang yang didesain
sesuai ilmu pengetahuan praktek kedokteran gigi
yang meliputi rehabilitasi fungsi dan estetis untuk menutupi suatu defek
yang disebabkan faktor bawaan lahir (kongenital), karena operasi (tumor, benjolan,
kista), atau karena trauma (kecelakaan).4 dan nantinya pada basis ini akan diletakan sadel dan elemen gigi
tiruan.
2.3.b. Indikasi dan
Kontra Indikasi Basis Protesa Palatal Lift Framework.
· Indikasi .
- Jaringan pendukung dalam
kondisi sehat dan stabil.
- Frekwensi karies rendah.
- Untuk pasien yang hypersensitif
terhadap bahan akrilik.
- Untuk penderita yang
mempunyai tekanan kunyah besar.
- Untuk obturator interim
dan definitif
- Untuk penderita dengan
sosial ekonomi yang cukup tinggi.
· Kontra indikasi.
-
Obturator
Imidiat
-
Jaringan pendukung
dalam kondisi tidak sehat dan tidak stabil
-
Frekwensi
karies tinggi.
-
Usia masih
terlalu muda.
-
Penderita
dengan sosial ekonomi rendah.
2.3.c. Keuntungan dan
Kerugian Basis Protesa Obturator Bergigi
Palatal Lift Framework.11
· Keuntungannya.
-
Mempunyai sifat
penghantar thermis yang baik sebagai konduktor.
-
Ketepatan dimensional
sehingga tidak mudah berubah ketika dipakai.
-
Bersifat higienis.
-
Mempunyai
kekuatan yang maksimal dengan ketebalan minimal.
-
Dapat dibuat
tipis ( dengan diameter
).
·
Kekurangannya :
- Tidak dapat dipreparasi (jika patah tidak
dapat disambung).
- Warna kerangka logam yang gelap menimbulkan
ketidak sesuaian dengan jaringan mulut, hal ini akan mempengaruhi estetika.
- Relatif lebih berat dibanding dengan basis
akrilik.
- Perluasan basis logam sampai dengan mucco
buccal fold untuk mengembalikan bentuk kontur jaringan yang hilang sulit dilakukan.
- Pembuatan relatif lebih
sulit dan mahal.
2.3.d. Komponen Basis
Obturator Bergigi Palatal Lift Framework.
·
Konektor mayor.
·
Konektor minor.
·
Rest.
·
Direct retainer.
·
Indirect retainer.
·
Ekor.
2.4. Desain
Obturator Palatal Lift Framework.
Pemahaman prinsip-prinsip
desain yang tepat dan benar harus
diperhatian sehingga
protesa mendapatkan dukungan memadai dari gigi penjangkaran, dukungan basis
yang optimal dan oklusi yang harmonis dan fungsional, sehingga tujuan perawan prosthodontik “memulihkan apa yang hilang sambil
melestarikan apa yang ada” dapat benar-benar akan terpenuhi.11
2.4.a. Desain Retainer.8
Retainer
merupakan komponen yang paling penting dalam kontribusi terhadap keberhasilan
protesa obturator. Retainer yang dirancang dengan baik akan mengurangi tekanan
yang dikirim ke gigi penjangkaran dan mempertahankan obturator agar tetap pada
tempatnya. Oleh karena itu desain harus mengikuti prinsip-prinsip dasar desain
clasp, yaitu :
·
Penempatan
harus pasif sampai diaktifkan oleh tekanan fungsional.
·
Retensi harus
tetap berada ditempatnya.
·
Stabilisasi. Masing-masing
komponen retainer harus menjadi penguat.
·
Cengkram harus
mengelilingi gigi lebih dari 180 derajat, baik secara berkesinambungan atau
secara terputus.
·
Suport harus
tersedia sehingga mencegah terjadinya gerakan pada jaringan, ginggiva atau gigi
penjangkaran dapat dicegah.
·
Gerakan sekecil
apapun harus diminimalisir.
2.4.b Desain Defek Rahang
Atas.
Desain obturator framework rahang atas sangat bervariasi. Tujuan
desain adalah untuk memilih komponen yang paling cocok untuk melawan berbagai
gaya yang timbul pada prostesa tanpa
adanya tekanan berlebihan pada gigi yang tersisa dan struktur jaringan lunak.
Untuk itu Mohammed A Aramany,DMD,MS memperkenalkan tentang prinsip-prinsip
dasar desain protesa obturator lepasan untuk pasien kehilangan gigi, dan
menyatakan bahwa desain defek pada rahang atas dibagi menjadi 6 klasifikasi,8
yaitu :
·
Klasifikasi
Desain Defek Kelas I
Defek 1 sisi maksila, berupa kehilangan gigi dan tulang alveolar
sampai garis median. Desain yang dibuat dapat berupa garis atau tripodal.
Gambar 5. Klasifikasi desain defek kelas 1
Dua desain dasar
yang direkomendasikan untuk Kelas I
defek maksila, baik berupa garis ataupun tripodal.
Retensi diagonal yang bertentangan sebagai penguat yg dipakai adalah yang pertama, dan retensi bukal yang digunakan pada kedua.
Gambar 6. Retensi dan penguat saling
berlawanan secara diagonal.
Framework dengan desain lurus dalam
masa percobaan-untuk defek maksila Kelas I. Perhatikan bahwa retensi dan penguat yang
saling berlawanan secara diagonal.
·
Klasifikasi
Desain Defek Kelas II
Defek berada di satu sisi posterior maksila, gigi yang
tersisa pada anterior dan posterior sisi
lain.
Gambar 7. Klasifikasi desain defek kelas II.
Dalam desain Kelas II, gigi di
sebelah defek adalah splinted. Retensi ditempatkan
pada seluruh gigi penopang, dan retensi indirect terletak
di sisi berlawanan dari defek.
Alat pemandu berada
di permukaan proksimal gigi molar kedua dan gigi
di sebelah defek.
Gambar 8. Dalam
klasifikasi ini, premaxilla
di sisi defek dipertahankan.
Desain bilateral ini mirip dengan desain Kelas
II Kennedy GTSL.
Desain tripodal dianjurkan. tripoding dari
dua gigi yang berdekatan dengan
defek dianjurkan. Dukungan utama ditempatkan pada gigi terdekat defek
serta molar yang
paling posterior pada sisi yang
berlawanan. Sebuah retainer
langsung diposisikan sebagai garis tegak lurus terhadap titik tumpu mungkin.
Panduan bidang ini terletak di proksimal pada permukaan distal gigi
anterior dan permukaan distal gigi molar (Gambar
3 dan 4). Retensi
pada semua gigi penyangga terletak pada permukaan bukal, dan komponen stabilisasi
ditempatkan pada permukaan langit-langit.
·
Klasifikasi
Desain Defek Kelas III
Defek terletak
di bagian tengah Palatum dan semua gigi berada dalam kondisi terpelihara,
desain didasarkan pada konfigurasi segi empat.Dukungan secara luas
didistribusikan dikedua gigi premolar ( kiri dan kanan ) serta gigi molar
terakhir ( kiri dan kanan ).
Gambar
9. Klasifikasi desain defek kelas III
Retensi kelas III, penguat dan dukungan berasal dari
empat buah gigi penyangga yang
terpisah.
Gambar 10. Sebuah prostesa
obturator Kelas III didalam mulut.
·
Klasifikasi desain defek kelas IV.
Defek maksila melewati garis
median, gigi yang tersisa ada diposterior disalah satu sisi rahang. Ini adalah
desain linear. Dukungan terletak di tengah
seluruh gigi yang tersisa. Retensi
terletak dimesial pada gigi premolar dan molar
pada sisi palatal. Menstabilkan komponen palatal pada
gigi premolar dan bukal pada gigi molar (Gbr. 10 dan 11).
Gambar 11. Klasifikasi desain defek kelas IV
Retensi dan penguat merupakan diagonal yg berlawanan. Bidang pemandu dipasang di permukaan proksimal gigi
disamping defek dan gigi posterior bagian tengah.
Gambar 12. Desain
konfigurasi segi empat
Permukaan jaringan prostesa obturator dibuat
untuk pasien defek maksila kelas IV. Gigi yang tersisa
dalam waktu kurang dari kondisi yang
optimal, diikuti desain konfigurasi segi empat (Gambar 11).
·
Klasifikasi desain defek kelas V
Defek pada maksila di dua sisi melewati garis median.
Gambar 13. Klasifikasi desain
defek kelas V.
Splinting dianjurkan untuk gigi-geligi anterior. Desain tripodal menuntut
adanya retensi pada bukal dan penguat di palatal. Dukungan berasal dari
komponen splint dan retensi tidak langsung terletak pada gigi insisif pertama.
·
Klasifikasi desain defek kelas VI.
Reseksi atau defek pada regio antara
2 sisi gigi yang sisa pada posterior.
Gambar. 14 Desain defek
Kelas VI
Dalam defek Kelas VI, gigi abutment di sebelah defek adalah
splint dalam hubungannya dengan konektor silang-arch bar. Retensi, penguat,
dan dukungan yang berasal dari empat abutment
Untuk kehilangan gigi pada rahang atas
digunakan klasifikasi Kennedy14 :
-
Kelas I : daerah tak bergigi
terletak dibagian posterior dari gigi yang masih ada dan berada pada kedua sisi
rahang ( bilateral)
-
Kelas II : daerah tak bergigi
terletak dibagian posterior dari gigi yang masih ada, tetapi berada hanya pada
salah satu sisi rahang (unilateral)
-
Kelas III : daerah tak bergigi terletak diantara
gigi-gigi yang masih ada dibagian posterior maupun anteriornya dan unilateral.
- Kelas IV : daerah
tak bergigi terletak pada bagian anterior dari gigi yang masih ada dan melewati
garis tengah rahang.
2.5. Komponen Protesa
Obturator Bergigi Palatal lift Framework.
2.5.a. Komponen terbuat dari
logam
Gambar
15. Contoh Komponen ProtesaFramework.
·
Konektor mayor.
Adalah bagian dari protesa palatal lift framework yang
menghubungkan satu sisi rahang dengan sisi lainnya , dan memberikan stabilisasi
bilateral.
Macam-macam
mayor konektor untuk rahang atas ,12 yaitu :
- Single Palatal bar
atau strap.
Digunakan untuk klasifikasi kennedy kelas III dan II
- Antero-posterior Palatal bar = double palatal bar
Digunakan untuk klasifikasi kennedy kelas II.
- Horseshoe
Digunakan untuk klasifikasi Kennedy kelas II.
- Closed Horseshoe
Digunakan untuk klasifikasi kelas 1 dan II.
- Full Palate
Digunakan untuk Klasifikasi Kennedy kelas I.
·
Minor konektor.
Konektor minor merupakan komponen penghubung antara komponen mayor
dengan komponen lainnya yang berfungsi membagi beban kunyah ke gigi
penjangkaran dan menahan pergerakan kearah
lateral.
·
Rest
Adalah bagian dari cengkram yang merupakan penyangga dan memberi
dukungan bagi gigi tiruan.dan berfungsi meneruskan tekanan kunyah kearah apikal
dan mencegah pergerakan protesa ke arah ginggival.
Tipe-tipe rest
adalah sebagai berikut :
-
Occlusal rest
-
Cinggulum rest.
-
Incisal rest.
· -
Direct Retainer atau cengkram atau clasp.
Cengkram adalah bagian dari basis kerangka logam yang memegang dan terletak pada gigi penjangkaran dengan
maksud menahan protesa agar tetap berada pada kedudukannya apabila ada
gaya-gaya yang terjadi sehingga protesa tersebut dalam keadaan stabil.
Macam-macam
cengkram tuang :
a.
Cengkeram tuang
oklusal.
-
Cengkeram akers
atau simple circlest clasp : adalah cengkram yang sering dipakai,
sederhana, efektif, cukup kuat dan memenuhi persyaratan suatu cengkeram.
-
Cengkram
mengarah kebelakang ( Back action clasp)
digunakan pada gigi posterior dengan retensi sedikit, dengan
memanfaatkan gerong rentif pada bagian distal dan mesio buccal seperti
pada molar atas. Cengkeram konektor minor ditempatkan pada mesiopalatal.
-
Cengkeram Circlet
C atau fish hook clasp atau cengkram kail ikan atau hairpin clasp,
bentuknya seperti kail ikan, merupakan modifikasi cengkram akers, dimana
satu atau kedua lengannya diputar membalik untuk menempati gerong retentif
dekat daerah tak bergigi. Digunakan untuk gigi molar yang miring ke mesial
dengan undercut pada permukaan emsial tidak dapat dibuat pada cengkram tipe
bar.
-
Cengkram reverse
back action, merupakan modifikasi back action clasp dengan
memanfaatkan gerong mesio-lingual dengan konektor minor pada permukaan mesio bukal dan rest.
-
Cengkeram
setengah-setengah atau half and half clasp, digunakan untuk gigi
premolar yang berdiri sendiri, terdiri dari 2 lengan dan 2 rest.
-
Cengkeram
caninus atau cuspid universal clasp , digunakan untuk gigi kaninus.
-
Cengkram akers
ganda atau double acerrs clasp, digunakan pada sisi rahang yang tidak
kehilangan gigi, misalnya pada kelas II kennedy tanpa modifikasi.
-
Cengkeram
embrasur atau Embrasure clasp, seperti akers ganda tetapi lengan bukal
terletak pada embrasure gigi dan pendek saja.
-
Multiple atau
Multiple clasp menggunakan 2 buah akers saling berhadapan dan lengan lingualnya
disatukan.
-
Cengkram cincin
atau ring clasp, digunakan pada gigi molar terakhir yang berdiri sendiri
-
Cengkram cincin
membalik atau reserve ring clasp, digunakan untuk gigi penyangga yang
terletak di anterior dari daerah yang tak bergigi.
-
Cengkram lengan
panjang atau Long arms clasp, seperti cengkram akers, tetapi lengannya
diperpanjang sampai ke gigi tetangga.
-
Cengkram
kombinasi, merupakan cengkram sirkumferensial dikombinasikan dengan cengkeram
ginggival.
b. Cengkeram gingival atau
tipe bar.
-
Cengkeram proksimal
de van (de van Infrabulge clasp)
-
Jenis ini
memanfaatkan retensi gerong proksimal ,
cengkeram ini berawal dari tepi basis protesa dan dapat berupa perluasan rangka
logam atau ditanam dalam basis akrilik.
-
Cengkeram
batang roach (roach bar clasp)
-
I-bar
-
Modifikasi bar
seperti RPI, RPY. Cengkeram ini hanya dapat diterapkan pada elemen paling ujung
untuk pembuatan sadel yang berakhir bebas.
·
Indirect retainer
Indirect Retainer
adalah bagian dari gigi tiruan yang membantu direct retainer, untuk
mencegah pergerakan basis distal gigi tiruan terhadap daya ungkit, indirect
retainer ini diperoleh dengan cara memberikan retensi pada sisi yang
berlawanan dari garis fulkrum.
·
Ekor pada bagian
posterior.
Merupakan
bagian dari basis obturator yang terdiri dari speech appliance atau speech
aid, digunakan untuk memperbaiki defek pada palatum lunak, palatum keras
dan velopharyngeal extension untuk memperbaiki fungsi bicara.4
2.5.b. Komponen yang terbuat dari resin akrilik.
· Basis atau Sadel
Basis gigi tiruan disebut juga sadle, merupakan bagian yang
menggantikan tulang alveolar yang sudah hilang dan berfungsi mendukung gigi
tiruan.
· Elemen Gigi Tiruan.
Elemen Gigi tiruan adalah adalah bagian dari gigi tiruan lepasan
yang berfungsi mengganti gigi asli yang hilang.
2.6.
Bahan dan Alat.
2.6.a.
Bahan .
·
Logam kobalt kromium
Logam ini memiliki modulus elastisitas yang tinggi, dapat
memberikan banyak keuntungan terutama lengan cengkeram dapat dibuat tipis. Hal
ini memberikan keuntungan yang besar untuk kenyamanan pasien.
·
Hydrocolloid
Reversible.
Komponen dasar bahan cetak hydrocolloid adalah berupa agar, tetapi ini adalah komponen
utama berdasarkan berat. Agar adalah coloid hydrofilik organik (polisakarida)
di ekstrak dari rumput laut jenis tertentu.
·
Resin Akrilik
Merupakanan suatu bahan resin yang dipakai dibidang kedokteran gigi,
dengan bahan dasar polimetil metakrilat yang memberikan sifat polimerisasi dan
karakteristik penting yang dibutuhkan
untuk digunakan dalam rongga mulut. .
Ada 2 Jenis resin akrilik
yang sering digunakan,yaitu :
- Turunan yang berasal dari
asam akrilik CH2 = CHCOOH
- Turunan yang berasal dari
asam metakrilat CH2=C(CH3) COOH.
·
Base plate wax
Base plate wax digunakan
untuk membuat basis gigi tiruan, membentuk kontur dari gigi dan memegang posisi
sebelum gigi tiruan tersebut diproses menjadi sebuah protesa.
Ada 3 tipe base plate wax. Yaitu :
- Tipe I,
lunak
- Tipe II , sedang
- Tipe III, keras
·
Gips.
Kandungan utama gips dan stone gigi adalah kalsium sulfat
hemihidrat (CaSO4)2. H20. Perbandingan atau rasio
biasanaya disingkat sebagai ratio w/p. Perbandingan w:p adalah 0,6 bila 100gr
gips dicampur dengan 60 ml air dan 0,28 bila 100 gr.
·
Plastic retention.
Plastic retention merupakan
komponen basis retensi yang dibuat dari bahan pola malam siap pakai yang nantinya dijadikan retensi
logam untuk memegang akrilik dan elemen gigi.
Retensi
basis gigi tiruan dapat dibagi menjadi 4 tipe, yaitu :
- Beads atau nailheads.
Retensi basis
ini dibuat dari sheet wax atau plastics pada konektor utama diatas daerah tidak
bergigi.
-
Open
latticework
Tipe ini dipilih untuk perpanjangan basis gigi tiruan dan segmen
dukungan dimana terdapat ruang yang cukup.
-
Mesh Work.
Retensi basis ini berupa lapisan lilin tipis yang akan menjadi
metal yang terletak pada daerah residual ridge. Retensi basis ini
berbentuk lubang-lubang. Mesh work ini lebih lemah dibandingkan dengan
penggunaan open lattice work, terutama pada indikasi dimana terdapat
ruang vertical yang terbatas.
-
Retensi Basis
Metal
Retensi ini
sering digunakan untuk segmen dukungan gigi posterior. Dimana penyembuhan untuk
residual ridge sangat baik dan terdapat ruang vertikal yang sangat terbatas
dimana perlekatan basis akrilik tipis dan lemah.
·
Gips
Kandungan utama
gips dan stone gigi adalah kalium sulfat hemihidrat (CaSO4)2.
H2O. Perbandingan atau rasio biasanya disingkat sebagai w:p.
Perbandingan w:p adalah 0,6 bila 100gr gips dicampur dengan 60ml air dan
0,28 hila 100gr stone dicampur dengan
28ml air. Pengadukan tangan dengan spatula umumnya memerlukan sedikitnya 1
menit untuk memperoleh adukan yang halus. Setelah pengadukan aduk kerja yang
cukup untuk mengisi cetakan dan membersihkan peralatan sebelum gipsum mengeras
sekitar 3 menit. Waktu pengerasan plester dan stone bervariasi
antara 30-60 menit10.
Ada 5 tipe gipsum:
a.
Tipe I : Gips untuk bahan cetak, digunakan
untuk cetakan akhir dalam pembuatan gigi tiruan penuh.
b.
Tipe II : Gips untuk bahan pendam, digunakan
untuk mengisi kuvet dalam pembuatan protesa.
c.
Tipe III : Dental Stone,digunakan untuk
pembuatan model protesa.
d.
Tipe IV : Dental
stone kekuatan tinggi, digunakan untuk pembuatan die
e.
Tipe V : Dental Stone dengan kekuatan ekspansi
tinggi, digunakan untuk pembuatan flexi denture.
2.6.b. Alat.
·
Trimmer
·
Surveyor
·
Lecron, pisau
malam, dan lampu spirtus,
·
Duplicating
flask
·
Hydrocolloid
Storage
·
Oven furnace
Preheating
·
Drying oven,
vibrator
·
Investing ring
·
Sandblaster
·
Elektropolisher
·
Centrifugal
Casting
·
Torch
·
Flask atau Cuvet
·
Okludator
·
High speed
grinder
·
Macam-macam
mata bor
·
Investing ring
2.7.
Istilah-istilah
Yang Ada Dalam Tahapan Rencana Kerja.
2.7.a.
Pembuatan Framework.11,12,13,14
· Survey Model.
Survey model adalah prosedur menganalisa model kerja, untuk
mendapatkan gambaran daerah undercut yang diharapkan (retentif desirable) dan daerah undercut penyulit (undesirable retention), Dari
undercut tsb maka didapat tujuan mensurvey studi model, yaitu dapat
menentukan :
- Gambaran kontur terbesar pada gigi pendukung.
- Undercut yang tidak
diharapkan yang harus ditutupi.
- Arah terbaik pemasangan dan pelapasan protesa,.
- Bidang pemandu (guiding plane) dari permukaan proksimal yang
disejajarkan.
- Penempatan cengkram,
- Daerah retensi
- Catatan hubungan posisi
model yang telah ditetapkan agar dapat
dikembalikan pada surveyor seperti keadaan semula.
·
Transfer Desain.
Transfer desain adalah memindahkan outline yang dibuat untuk
gigi tiruan dari model studi ke model kerja.
Kemudian, membuat suatu desain gigi tiruan yang menggambarkan batas
gigi pada model dengan menggunakan pensil sehingga kelihatan desain kerangka
logam yang akan dibuat.
Warna pensil yang digunakan untuk menggambar desain kerangka logam,
yakni:
-
Warna coklat,
untuk bagian logam dari kerangka logam.
-
Warna merah,
untuk bagian rest, daerah retentiveI undercut terletak
diujung cengkeram dan relief.
-
Warna biru,
untuk bagian dasar akrilik gigi tiruan
-
Warna hitam,
untuk garis survey dan undercut jaringan.
·
Prosedur block
out dan relief.
Blockout adalah
menghilangkan daerah undercut yang tidak diinginkan pada model, untuk
digunakan dalam pembuatan gigi tiruan sebagai lepasan, dengan cara menutup
daerah undercut menggunakan lilin cair.
Relief adalah prosedur penempatan selapis tipis malam pada daerah
yang ditentukan pada model kerja, untuk dibuat suatu salinan yang akan
menghasilkan model refraktori, yang bertujuan untuk menyediakan ruang antara
kerangka logam dan model atau jaringan lunak.
·
Duplicating dan refractory cast.
Duplicating adalah proses menduplikasi model kebentuk yang
akurat untuk mendapatkan suatu refractory cast.
Refractory cast adalah suatu
model yang dibuat dari bahan yang tahan
terhadap temperatur tinggi pada saat pembakaran dan casting. Duplicating
menggunakan bahan cetak reversible hydrocolloid (agar) untuk mendapatkan
mould space, yang akan diisi dengan bahan tanam. Bahan cetak ini dapat
di gunakan berulang-ulang.
Model refraktori adalah model yang diperoleh dari bahan tanam untuk
pembakaran pada suhu tinggi tanpa membuatnya hancur ketika digunakan pada
proses casting dalam pembuatan gigi tiruan.
·
Transfer desain
ke model refraktori.
Memindahkan desain dari model kerja ke model refraktori harus
dilakukan dengan teliti.
·
Waxing.
Waxing adalah proses
pembentukan pola malam atau pola plastik untuk membuat gigi tiruan sebagian
lepasan kerangka logam.
·
Sprueing dan pembuatan crucible former.
Sprueing adalah proses
pembuatan lubang saluran logam cair menggunakan gulungan malam dengan diameter
tertentu untuk mempersiapkan jalan masuk logam cair ke dalam mould space dan
dapat pula berfungsi sebagai reservoir metal selama proses casting.
·
Investing dan bourning out.
Investing adalah proses
menanam seluruh dari objek model seperti pola malam atau mahkota tiruan dengan menggunakan bahan tanam , sebelum
dilakukan casting.
Burning out adalah proses
menghilangkan pola malam yang sudah ditanam dengan cara memanaskan, untuk
mempersiapkan mould yang akan diisi dengan logam cair.
·
Casting.
Adalah proses menghasilkan suatu coran atau penuangan di dalam mould space.
Ada 3 cara untuk melakukan casting.Yaitu :
- Centrifugal Casting,
yaitu proses memasukan logam kedalam
mould dengan menggunakan alat centrifugal.
- Casting injuction, yaitu proses memasukan logam kedalam mould
dengan menggunakan alat induction..
- Casting vaccum, yaitu proses memasukan
logam kedalam mould dengan cara menggunakan alat vacum.
·
Sanblasting.
Adalah proses
pembuangan sisa bahan tanam dan oksida hijau yang melekat pada logam hasil casting.
·
Penyelesaian
dan pemolesan.
Penyelesaian dan pemolesan adalah prosedur menghilangkan permukaan
kasar dan mengkilapkan permukaan kasar
dan mengkilapkan permukaaan kerangka logam dengan menggunakan bahan abrasif (hard
stone bur) untuk penyempurnaan kerangka logam.
Dalam proses penyelesaian dan pemolesan ini diawali dengan
melakukan pemotongan sprue dan pengikisan kerangka logam yang tidak diperlukan,
kemudian dilakukan proses electropolishing untuk menghilangkan sisa
karbon yang melekat pada permukaaan kerangka logam.
2.7.b. Penanaman Elemen Gigi
Akrilik.16,17,18
·
Membuat basis
model dan 3 takik (tekukan pengontrol)
Adalah
proses pembuatan dasar model kerja dilanjutkan dengan pembuatan 3 buah tekukan
pengontrol untuk mempermudah proses peletakan pada artikulator dan saat selektive
grinding.
·
Pembuatan
galengan gigit
Adalah
pembuatan sadle dari bahan base plate wax yang dibentuk sedemikian rupa yang
digunakan untuk meregistrasi hubungan rahang atas dan rahang bawah.Registrasi
oklusi oleh dokter gigi.20
·
Pemasangan ke
Artikulator
Adalah
meletakan dan merekatkan dengan gips model rahang atas dan model rahang bawah
agar model tetap dalam posisi oklusi untuk selanjutnya dilakukan penyusunan
gigi dengan artikulasi yang sesuai.
·
Penyusunan
elemen gigi.
Adalah
meletakan elemen gigi tiruan di daerah daerah tidak bergigi.
·
Flasking.
Adalah
menanam model beserta komponen lainnya kedalam kuvet menggunakan bahan tanam
gips putih (plaster of paris).
·
Boiling out.
Adalah
proses membuang pola malam dengan cara dipanaskan dalam suhu dan waktu tertentu
lalu dibuka kuvetnya, lalu menyiramkan seluruh malam untuk mendapatkan Mould
space.
·
Packing,.
Adalah
memberi adonan akrilik yang merupakan campuran antara liquid dan bubuk akrilik.
·
Press
percobaan.
Adalah
penekanan yang dilakukan beberapa kali untuk mendapatkan suatu keadaan dan
jumlah adonan yang tepat. Bilamana terdapat kelebihan maka harus dilakukan
pembuangan.
·
Curing.
Adalah
proses pemanasan yang dilakukan untuk mempolimerisasikan resin akrilik dalam
waktu tertentu sesuai dengan petunjuk pabrik.
·
Deflasking.
Adalah
mengeluarkan model beserta protesa yang telah jadi dari dalam kuvet, lalu dibersihkan
dari bahan tanam.
·
Remounting dan selektive grinding.
Adalah prosedur peletakan kembali model beserta akrilik disesuaikan
dengan posisi awal dan selanjutnya dilakukan pengurangan pada elemen gigi
tiruan untuk mendapatkan relasi sentris yang tepat.
·
Penyelesaian
dan pemolesan.
Adalah
tahap penyempurnaan bentuk prothesa dengan melepaskan protesa dari model kerja,
lalu membuang sisa-sisa resin akrilik dan gips strone yang tersisa pada basis
atau pada daerah sekitar gigi menggunakan bur, untuk selanjutnya dilakukan
proses penyesuaian dan pemolesan untuk mendapatkan protesa obturator yang diinginkan.
BAB III
RENCANA PROSEDUR PEMBUATAN
PROTESA OBTURATOR BERGIGI PALATAL LIFT DENGAN BASIS FRAMEWORK PADA
KASUS CLEFT PALATE DIBAGIAN POSTERIOR
( STUDI MODEL )
Berdasarkan studi model, dalam bab
ini menjelaskan tahap-tahap yang akan penulis lakukan dalam prosedur
laboratorium pembuatan obturator palatal lift dengan basis framework pada kasus
cleft palate dibagian palatum lunak disertai kehilangan gigi posterior.
3.1. Keadaan Model Kerja
Penulisan karya tulis ilmiah ini
diangkat berdasarkan studi model yang didapat dari Laboratorium Dental Teknik Gigi Rumah
Sakit Umum Pusat Nasional Cipto
Mangunkusumo Jakarta dan akan
direncanakan dibuat di Laboratorium Teknik Gigi Jurusan Teknik Gigi
PoltekesKemenkes Jakarta II.
Gambar 16.
Model kerja
Kasus
|
:
|
Kehilangan
gigi 65 24567
disertai adanya defek pada daerah palatal bagian posterior.
|
||||
Keadaan gigi
|
:
|
·
Terdapat
defek dipalatal bagian posterior dengan diameter ±2 cm.
·
Oklusi RA dan
RB tidak stabil
·
Antagonis merupakan
Gigi Asli
|
||||
Surat Perintah Kerja
|
:
|
Buatkan protesa obturator dari framework
sesuai dengan desain dibawah ini.
|
||||
Warna Gigi
|
:
|
A3
|
||||
Desain obturator
|
:
|
|
||||
Gambar 17. Desain basis framework.
|
Gambar
18. Desain protesa obturator bergigi palatal lift dengan basis framework pada kasus cleft palate di posterior.
|
Keterangan gambar 16 dan 17
:
1). Mayor konektor jenis full
palate
2). Mesh work
3). Akers
4). RPY
5). Finishing line
6). Sadel
7). Ekor obturator
8).Elemen gigi tiruan.
Pada
kasus studi model diatas menggunakan klasifikasi desain defek
kelas II, desain ini mirip dengan klasifikasi kennedy kelas II GTSL.
3.2. Persiapan Alat dan Bahan.
Alat dan bahan yang akan digunakan
dalam prosedur pembuatan obturator palatal lift dengan basis framework
pada kasus cleft palate dibagian palatum lunak disertai kehilangan gigi
posterior adalah sebagai berikut :
3.2.a. Alat-alat kecil
-
Stone bur kasar
dan halus
-
Pensil dan
penghapus
-
Spatula
-
Bowl
-
Lampu spiritus
-
Amplas kasar
dan halus
-
Fraser
-
Alat kerja kain
putih
-
Pensil
-
Glass plate
-
Kuas
-
Mixing jar
-
Surveyor
-
Lecron
-
Pisau malam
-
Flask Acrylik
-
Duplicating
flask
-
Sikat hitam
-
Wool wheel
-
Press meja
-
Press Air
3.2.b. Alat-alat besar
-
Cellopan
-
Duplicating flask
-
Vibrator
-
Hydrocolloid
storage
-
Drying oven
-
Sandblaster
-
Bor gantung
-
Investing ring
3.2.c. Persiapan Bahan
Persiapan bahan bahan yang digunakan
adalah sebagai berikut :
-
Model kerja
-
Model refractory
cast
-
CMS ( Could
Mould Seal )
-
Vaselin
-
Elemen gigi
akrilik
-
Pumice
-
Kryt ( CaCo3
)
-
Sabun
-
Gips plaster (
gips putih )
-
Modeling clay ( lilin mainan)
-
Hydrocolloid
reversible
-
Base plate wax
-
Lilin mainan
-
War patern
-
Wax sprue
-
Cairan hardener
-
Cairan aceton
-
Phospat bonded
invesment
-
Wax pattern Lingual bar
-
Wax pattern
akers
-
Wax pattern
rest
-
Meshwork
-
Wax Sprue diameter 3 mm
-
Wax sprue diameter 5 mm
-
Wax linier
-
Asbestos.
-
Pasir Al2O3
3.3. Tahapan rencana kerja prosedur laboratorium.
3.3.a Tahapan Rencana Kerja Pembuatan Framework.
Terdapat
beberapa tahapan yang akan dilakukan dalam pembuatan framework, yaitu :
·
Penerimaan
studi model
Model kerja yang diterima untuk dibuatkan framework dirapihkan,
dibersihkan dari nodul-nodul dan
dibuatkan basis model.
·
Surveying.
- Model kerja diletakan pada cast holder, lalu cast holder diletakan
pada platform.
- Lakukan tilting untuk mengetahui daerah undercut dan arah
pasang protesa menggunakan analizyngrod.
- Dengan menggunakan carbon marker buatlah batas garis yang
menunjukan daerah undercut.
- Buat tripoding sebelum model dilepas, dengan cara membuat 3
titik pada model kerja sebagai panduan pada saat meletakan model kerja kembali
ke surveyor.
·
Transfer Desain.
Transfer
desain dilakukan dimodel kerja sesuai dengan desain yang direncanakan.
·
Blok Out.
Daerah undercut yang tidak menguntungkan diblokir menggunakan base
plate wax type hard yang dicairkan. Bagian defek ditutup semua bagiannya dan
pemblokiran disesuaikan dengan bentuk anatomi palatum.
·
Beading ,
relief dan pembuatan stoper.
Beading diletakan pada
bagian posterior yaitu pada garis Ah line dengan melakukan pengerokan
sedalam ± 0,2 mm menggunakan lekron untuk menambah retensi.
Relief, pemberian
selapis tipis wax pada daerah edentulous untuk mendapat ruangan yang
nantinya akan diisi oleh akrilik
Stoper, dibuat dengan
melubangin wax sebagai penahan framework.
·
Rendam dengan
air slurry
Model direndam dengan air slurry selama ±30 menit agar
cairan hydrocolloid tidak menyerap pada model kerja yang menyebabkan
sulitnya mengeluarkan model kerja dari hydrocolloid mould.
·
Flasking
-
Model yang
telah di bloking dan direndam air slurry segera disesuaikan
penempatannya pada duplicating flask
untuk mendapatkan posisi yang tepat, atur jarak antara model kerja dengan flask
yaitu berjarak ± 0,63 cm dari tepi flask dan ± 1-2 cm dari tepi atas
flask. Setelah sesuai lalu difiksir dengan modeling clay.
- Kemudian tutup menggukan flask bagian atas, model siap di cor dengan
bahan hydrocolloid reversible.
·
Duplicating dan refractory cast
- Potong kecil-kecil agar hydrocolloid reversible
- Masukan kedalam Hydrocolloid strorage, lalu panaskan hingga
suhu 920C
- Sambil menunggu turunnya suhu, persiapkan duplicating flask
untuk mendapatkan posisi yang tepat saat dituang agar cair.
- Turunkan suhu perlahan hingga suhu 54oC-52oC,
lalu segera alirkan cairan hydrocolloid tadi melalui salah satu lubang
saja dari 3 lubang yang terdapat pada flask bagian atas.
- Flask dibiarkan
dingin secara alami, atau bisa juga dilakukan pendinginan bantuan dengan cara
direndam dengan air dingin hingga batas alas bawah flask.
- Setelah flask dingin, flask dibuka, model dikeluarkan
perlahan-lahan dengan mengalirkan air kebagian sisi-sisi model.Tahapan ini
harus dilakukan dengan sangat hati-hati agar tidak ada sedikitpun goresan pada
duplicating model.
·
Hardening.
Karena refractory cast yang didapat masih terlalu besar,
lakukan penyesuaian besar dengan investing
ring menggunakan trimmer kering. Lalu ukur tepi-tepi model ± 0,03 cm dari investing
ring.Selanjutnya refractory cast dipersiapkan untuk proses hardening,
yaitu :
- Refractory cast dikeringkan
dalam drying oven hingga suhu ±150oC.
- Setelah didapat suhu yang dikehendaki, refractory cast
dikeluarkan dari drying oven, langsung dicelupkan semuanya dalam cairan hardener
selama ± 15 menit.
- Letakan diatas kertas dengan posisi miring pada 1 sisi model, agar
cairan hardener cepat mengalir dan diserap oleh alas kertas.
- Masukan kembali kedalam drying oven hingga mencapai suhu 200oC.
- Biarkan sampai benar-benar kering dan dingin.
·
Transfer desain.
Transfer
desain dari model kerja ke model refractory untuk mempermudah proses
waxing menggunakan pensil warna.
·
Waxing dan sprueing.
Pelaksanaan waxing harus didahului dengan memperhatikan
desain yang telah di buat oleh dokter gigi pada SPK.Kemudian operator
memperjelas desain yang telah tercetak di refractory cast dengan
menggunakan pensil lunak agar tidak merusak model. Penulis menggunakan pensil
warna merah untuk desain basis akrilik dan biru
untuk desain konektor mayor, cengkram dan rest.
·
Investing.
Model kerja
yang telah dilakukan waxing dan sprueing terlebih dahulu diolesi
cairan aceton agar perlekatan perlekatan antara pola malam dengan bahan invesment
sempurna.
- Refractory cast diletakan pada
investing ring dengan cara lubang pada refractory cast
disejajarkan dengan lubang alas investing
ring.
- Tepi-tepi model refractory difiksir ke alas investing ring agar
tidak lepas atau berubah posisi saat investing.
- Kemudian lakukan proses investing sama seperti pada saat
pembuatan refractory cast.
Namun perlu
diketahui antara perbedaan pemakaian vibrator saat investing untuk refractory
cast dengan investing untuk casting.Yaitu pada saat bahan investment
telah menutupi seluruh pola malam vibrator harus segera dimatikan, karena
getarannya dapat merubah posisi pola malam yang telah ditanam dengan bahan invesment
phospad bonded didalam investing ring.
·
Burn out.
Untuk
menghilangkan kelembaban mould , menghilangkan malam dan mengekspansi mold
untuk mengkompensasi penyusutan metal pada waktu pendinginan maka harus
dilakukan burn out, yaitu :
- Masukan mould kedalam oven dengan crucible menghadap
kebawah untuk memudahkan pembakaran dan mengeluarkan wax yang mencair.
- Naikan suhu dari suhu kamar ke 200oC selama 30 menit,
kemudian naikan 400oCselama 30 menit, kemudian naikan lagi ke suhu
800oC biarkan selama 30 menit. Untuk menstabilkan suhu agar tetap
konstan.
·
Casting.
Casting dilakukan menggunakan alat induktion
.
·
Sandblasting.
Untuk
membersihkan sisa-sisa bahan tanam,menghilangkan oksida hijau pada logam maka
dilakukan penyemprotan pasir AL203 menggunakan sandblaster dibantu
kompresor .20
·
Pemolesan dan elektropilishing
Caranya :
- Gunakan disk stone lakukan pemotongan semua sprue
dengan alat high speed.
- Agar deposit terangkat dan untuk menghilangkan warna suram
pada logam maka lakukan perendaman didalam cairan elektropolishing P2S04
didalam mesin elektropolishing (elektro brightening machine) yang dilengkapi
penggaturan ampermeter (4-5 amper) selama ±5-9 menit.
- Cuci dengan air yang mengalir lalu keringkan dengan hembusan angin.
- Poles semua permukaan menggunakan rubber disk dan rubber
wheel menggunakan bahan coumpound
untuk lebih mengkilapkan framework.
- Bersihkan sisa polesan dengan menggunakan metal cleanser
atau air hangat dengan campuran sedikit sabun cuci.
3.3.B. Tahapan
Rencana Kerja Pemasangan Elemen Gigi
Tiruan Akrilik Dan Penutupan Defek.
Framework yang telah
diselesaikan dikembalikan ke model kerja untuk dipasang elemen gigi tiruan.
Tahap berikutnya adalah pembuatan
prothesa gigi tiruan sebagian lepasan :
·
Mengganti blok lilin dengan gips plaster.
- Bloking wax dihilangkan
dengan cara disiram dengan air panas.
- Blok daerah undercut gigi penjangkaran dengan gips plaster.
·
Fitting
Tempatkan
frameworl secara sempurna pada model kerja.
·
Membuat
galengan gigit dan penutupan defek
- Pada pembuatan galengan gigit, bagian mesh work ditetesi base
plate wax cair terlebih dahulu.
- Buat gulungan lilin membentuk galengan gigit
- Lekatkan galengan gigit tadi di bagian mesh work.
- Melihat ruang defek yang kecil maka penulis menutup semua defek
dengan resin heat akrilik dan tidak membuatkan bulb hollow didaerah
defek.
·
Menentuan
gigitan.
Penentuan
gigitan dilakukan oleh dokter gigi.
·
Penanaman
kembali kedalam artikulator
·
Penyusunan
elemen gigi di galengan gigit.
·
Wax Countouring.
Pada
saat wax cotouring, wax dibentuk sesuai anatomi gigi asli dan jaringan
mulut sebenarnya lalu dirapihkan dan di haluskan menggunakan kain satin.
·
Flasking.
- Penanaman dilakukan diflask bagian bawah, hanya elemen gigi tiruan
dan malam saja yang terlihat (pulling the casting). Tunggu sampai bahan
tanam gips plester mengeras.
- Setelah mengeras oleskan seluruh permukaan bahan tanam menggunakan
bahan separator sampai rata.
- Letakan flask bagian atas, dan tuangkan bahan tanam,
kemudian tutup dan lakukan penngepresan menggunakan press meja selama 30 Menit.
·
Boiling out
- Setelah bahan tanam mengeras dengan sempurna, flask dilepas
dari press meja dan dipress lagi menggunakan press air.
- Masukan press dalam air panas selama 5 – 10 menit, lalu buka press untuk selanjutnya
siram seluruh press menggunakan air panas sampai terlihat wax benar-benar
bersih.
·
Packing
- Olesi permukaan model dengan CMS
- Pemolesan menggunakan CMS tidak boleh mengenai framework dan
elemen gigi.
- Buat adonan akrilik sesuaikan ratio w/p, tunggu sampai doughstage.
- Masukan adonan tersebut ke mould space lalu lakukan press
percobaan beberapa kali sampai kelebihan resin akrilik tidak ada lagi. Agar
mudah dilepaskan maka pada saat press percobaan gunakan cellophane.
·
Curing
Pemanasan
yang dilakukan untuk mempolimerisasikan resin akrilik tentunya disesuaikan
dengan petunjuk pabrik.
·
Deflasking.
-
Deflasking dilakukan bila flask diyakini benar-benar telah mencapai
suhu ruang, baru boleh dilepas dari hidropress.
-
Buka kuvet atas
dan bawah secara hati-hati, buang seluruh bahan tanam menggunakan tang gips..
·
Remounting dan selektif grinding.
Remounting dan selektif grinding perlu dilakukan agar pada saat dokter
gigi memasukan kedalam mulut pasien mengalami kesulitan.
·
Penyelesaian
dan pemolesan
Pada tahap penyelesaian dan
pemolesanpun harus dilakukan secara hati-hati agar tidak terjadi hal-hal yang
tidak diinginkan
.
Langganan:
Postingan (Atom)