Sabtu, 25 Februari 2012

PROSEDUR PEMBUATAN OBTURATOR BERGIGI PALATAL LIFT DENGAN BASIS FRMEWORK PADA KASUS CLEFT PALATE DIBAGIAN POSTERIOR


 
BAB I
 PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang.
Saat ini di lingkungan masyarakat banyak dijumpai bayi, anak-anak dan orang dewasa yang mempunyai kelainan berupa adanya celah pada bagian palatal. Kelainan ini berbentuk sebuah gerong  yang lebih sering disebut dengan istilah defek. Penyebab kelainan berupa defek ini bisa karena kelainan bawaan lahir, trauma akibat kecelakaan  atau disebabkan karena adanya tumor yang telah di operasi. Perawatan tumor palatal dengan operasi biasanya akan menimbulkan  cacat maksila yang disertai adanya gerong. Gerong atau defek maksila yang terdapat pada daerah palatum lunak dapat menyebabkan  seseorang tidak percaya diri karena menimbulkan gangguan suara pada saat berbicara. Pada kondisi ini pasien memerlukan  bantuan untuk mengoreksi kelainan tersebut dengan sebuah alat yang disebut obturator.1
Obturator merupakan alat yang didesain  untuk menutup suatu lubang atau celah yang terbuka, walaupun telah dilakukan operasi.2 Kelainan berupa cleft palate dibagian posterior mempengaruhi suara seseorang, oleh karena itu desain obturator yang dipilih adalah desain obturator palatal lift ,yaitu salah satu tipe obturator yang digunakan untuk menutupi defek pada kasus cleft palate dibagian posterior,.3 Dimana protesa obturator palatal lift ini didesain mempunyai ekor dibagian posterior. Ekor inilah yang digunakan untuk menutupi defek pada palatum lunak, palatum keras dan perluasan pada daerah pharing untuk memperbaiki fungsi bicara.4
Kadang kala kondisi cleft palate disertai kehilang beberapa gigi, sehingga disebut protesa obturator bergigi. Tipe protesa obturator bergigi palatal lift  selain berguna menutup defek, juga membantu seseorang saat bicara, pengunyahan dan penelanan.5
Tipe bahan basis protesa obturator bergigi palatal lift ada beberapa macam, salah satunya adalah menggunakan logam tuang yang disebut framework.5 Menjadikan framework sebagai basis dikarenakan framework memiliki keuntungan dan kerugian dibandingkan dengan penggunaan basis dengan bahan lain.
Dari uraian tersebut diatas penulis tertarik untuk membahas karya tulis ilmiah ini dengan judul prosedur pembuatan protesa obturator bergigi palatal lift dengan basis framework pada kasus cleft palate dibagian posterior. Selain merupakan hal yang baru dan belum pernah dilakukan dikampus Jurusan Teknik Gigi Poltekes Kemenkes Jakarta II, penulis juga sangat tertarik dan ingin melakukan prosedur kerja laboratorium untuk kasus karya tulis ilmiah tersebut.
1.2.   Batasan Masalah
Pada penyusunan karya tulis ilmiah ini, penulis membatasi masalah hanya tentang prosedur pembuatan protesa obturator bergigi palatal lift dengan basis framework pada kasus cleft palate  dibagian posterior.
1.3.    Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dipaparkan diatas,  maka dalam Karya Tulis Ilmiah ini penulis merumuskan “Bagaimana prosedur pembuatan protesa obturator bergigi palatal lift  dengan basis framework pada kasus cleft palate  dibagian posterior ?“
1.4.    Tujuan Pembahasan
1.4.a.Tujuan Umum
 Memberikan gambaran mengenai prosedur pembuatan protesa obturator bergigi palatal lift  dengan basis framework pada kasus cleft palate  dibagian posterior.

1.4.b. Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus dari penulisan ini antara lain :
·                Menambah pengetahuan penulis tentang prosedur pembuatan protesa obturator bergigi palatal lift  dengan basis framework pada kasus cleft palate  dibagian posterior disertai kehilangan gigi posterior, karena penulis belum pernah mempraktekannya di Laboratorium Jurusan Teknik Gigi Poltekes Kemenkes Jakarta II. 
·                Melatih pola pikir penulis dalam mengatasi masalah yang dihadapi setelah menyelesaikan perkuliahan.
·                Untuk memotifasi diri penulis agar tidak terlalu tertinggal dengan ilmu teknologi laboratorium gigi yang dari hari-kehari kemajuannya sangatlah pesat.
1.5.      Manfaat  Penulisan.
            Dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini penulis berharap akan bermanfaat dan dapat menambah wawasan mengenai prosedur pembuatan protesa obturator bergigi palatal lift dengan basis framework pada kasus cleft palate dibagian posterior.
1.6.            Metode Penulisan
Metode penulisan Karya Tulis Ilmiah ini disusun  dengan menggunakan metode penulisan studi model , dibantu referensi  yang berhubungan dengan kasus yang penulis kerjakan.
Adapun literatur maupun referensi yang penulis pakai diperoleh dari beberapa perpustakaan  Jurusan Teknik Gigi Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan  Jakarta II, perpustakaan Kedokteran Gigi Universitas Indonesia , perpustakaan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Trisakti Jakarta  maupun internet.
              







BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
            Pada penulisan karya tulis ilmiah ini, khususnya dalam tinjauan pustaka, penulis akan menjelaskan hal-hal yang berhubungan dengan prosedur pembuatan protesa obturator bergigi palatal lift dengan basis framework pada kasus cleft palate dibagian posterior.
2.1       Defek Maksila
2.1.a.   Pengertian Defek Maksila.
Defek maksila adalah suatu kelainan berbentuk sebuah celah atau gerong  pada  rahang atas disebabkan faktor bawaan sejak lahir, trauma akibat kecelakaan atau disebabkan karena tindakan operasi (tumor, benjolan, kista). Defek maksila melibatkan palatum keras dan palatum lunak yang diperpanjang sampai daerah vellopharyngeal, defek maksila  yang ada ini dapat menyebabkan penderita saat bicara terdengar suara sengau,  dapat pula menyebabkan seseorang mengalami kesulitan saat berbicara , pengunyahan, menelan dan estetik.1
2.1.b    Penyebab Defek Maksila.5
·         Defek bawaan sejak lahir (Congenital).
·         Defek karena tindakan operasi (Acquired).
2.1.c. Klasifikasi Defek Maksila Disertai Kehilangan Gigi.
Klasifikasi defek disertai kehilangan gigi sebagian rahang atas terbagi atas 6 kelas Aramani,7,8 yaitu :
·      Kelas I
Defek 1 sisi maksila, berupa kehilangan gigi dan tulang alveolar sampai garis median.
·      Kelas II
Defek berada di 1 sisi posterior maksila, gigi yang tersisa pada anterior dan  posterior sisi lain.
·      Kelas III.
Defek terletak di bagian tengah Palatum dan semua gigi berada dalam kondisi terpelihara.
·      Kelas IV.
Defek pada sisi maksila melewati garis median, gigi yang tersisa ada diposterior disalah satu sisi rahang .
·      Kelas V
Defek pada maksila di 2 sisi melewati garis median.
·      Klasifikasi Desain Defek Kelas VI
Defek berada pada regio antara 2 sisi gigi yang sisa pada posterior.
2.2.      Protesa Obturator Bergigi Palatal Lift.
2.2.a.   Pengertian.
Protesa obturator bergigi palatal lift  adalah suatu alat yang secara fisik didesain untuk mengatasi kekurangan palatopharyngeal yang terjadi secara alamiah atau akibat operasi sebagian ataupun seluruh rahang atas oleh karena tumor pada kasus cleft palate, disertai kehilangan gigi.9 dan berfungsi :
·         Menutup defek agar tetap bersih (makanan atau minuman tidak masuk).
·         Membantu pembentukan kembali kontur palatal.
·         Memperbaiki fungsi bicara ( suara ).
·         Memperbaiki fungsi estetik pada bagian pipi.
·         Memperbaiki fungsi pengunyahan dan penelanan.
 
Gambar 1. Contoh obturator bergigi palatal lift
2.2.b.   Tipe Protesa Obturator Bergigi Palatal Lift.
Tipe-tipe protesa obturator bergigi palatal lift diklasifikasikan berdasarkan beberapa hal, yaitu :
·           Berdasarkan waktu pemasangan,5 yaitu :
-       Protesa obturator immediate  ( immediate surgical obturator prosthesis) atau obturator pembedahan, adalah suatu protesa yang dirancang untuk  menggantikan struktur komponen rahang atas yang hilang  dan struktur dento alveolar setelah operasi selesai. Dipasang langsung setelah operasi selesai sampai masa penyembuhan.

Gambar 2.  Protesa obturator palatal lift imadiat surgery.

-       Obturator interim adalah suatu protesa yang dibuat beberapa minggu atau beberapa bulan setelah pembedahan sebagian dari atau kedua bagian maksila termasuk penggantian gigi di daerah yang mengalami kecacatan. Protesa obturator ini menggantikan protesa obturator imadiat surgical yang dipasang segera setelah pembedahan.
Gambar 3.  Prothesa obturator palatal lift Interim.

-       Obturator definitive adalah obturator permanen yang menggantikan sebagian atau seluruh rahang atas dan gigi-gigi yang hilang akibat pembedahan atau trauma dan akan dipergunakan pasien seterusnya.
Gambar 4. Obturator palatal lift definitif.
·                     Berdasarkan ada atau tidaknya rongga, dibagi menjadi dua,5 yaitu :
-          Obturator palatal lift berongga.
-          Obturator palatal lift tidak berongga .
·                     Berdasarkan bahan basis yang paling sering dipergunakan,10 yaitu :
-            Menggunakan resin akrilik
-            Menggunakan resin visible ligh cured (VLC).
-            Menggunakan framework (kerangka logam).
-            Karet silikon.
-            Kombinasi
·                     Berdasarkan fungsinya.4
-                      Tipe simple base plate.
Membantu untuk memperbaiki saat menelan, saat makan dan saat berbicara.
-                      Tipe obturator dengan ekor.
Terdiri dari speech appliance atau speech aid, digunakan untuk memperbaiki defek pada palatum lunak, palatum keras dan velopharyngeal extension untuk memperbaiki fungsi bicara.1,4,5
-                      Tipe overlay denture dan superim denture.
2.3       Basis Protesa Obturator Bergigi Palatal Lift Framework.
2.3.a.   Pengertian Basis Protesa Obturator Bergigi Palatal Lift Framework.
Basis protesa obturator bergigi palatal lift framework adalah suatu basis protesa obturator yang terbuat dari kerangka logam tuang yang didesain sesuai ilmu pengetahuan praktek kedokteran gigi  yang meliputi rehabilitasi fungsi dan estetis untuk menutupi suatu defek yang disebabkan faktor bawaan lahir (kongenital), karena operasi (tumor, benjolan, kista), atau karena trauma (kecelakaan).4 dan nantinya pada basis ini akan diletakan sadel dan elemen gigi tiruan.
2.3.b.   Indikasi dan Kontra Indikasi Basis Protesa Palatal Lift Framework.
·      Indikasi .
-    Jaringan pendukung dalam kondisi sehat dan stabil.
-    Frekwensi karies rendah.
-    Untuk pasien yang hypersensitif terhadap bahan akrilik.
-    Untuk penderita yang mempunyai tekanan kunyah besar.
-    Untuk obturator interim dan definitif 
-    Untuk penderita dengan sosial ekonomi yang cukup tinggi.
·      Kontra indikasi.
-          Obturator Imidiat
-          Jaringan pendukung dalam kondisi tidak sehat dan tidak stabil
-          Frekwensi karies tinggi.
-          Usia masih terlalu muda.
-          Penderita dengan sosial ekonomi rendah.
2.3.c. Keuntungan  dan Kerugian  Basis Protesa Obturator Bergigi Palatal Lift Framework.11
·      Keuntungannya.
-          Mempunyai sifat penghantar thermis yang baik sebagai konduktor.
-          Ketepatan dimensional sehingga tidak mudah berubah ketika dipakai.
-          Bersifat higienis.
-          Mempunyai kekuatan yang maksimal dengan ketebalan minimal.
-          Dapat dibuat tipis ( dengan diameter  ).
·         Kekurangannya :
-      Tidak dapat dipreparasi (jika patah tidak dapat disambung).
-      Warna kerangka logam yang gelap menimbulkan ketidak sesuaian dengan jaringan mulut, hal ini akan mempengaruhi estetika.
-      Relatif lebih berat dibanding dengan basis akrilik.
-      Perluasan basis logam sampai dengan mucco buccal fold untuk mengembalikan bentuk kontur jaringan yang hilang  sulit dilakukan.
-      Pembuatan relatif lebih sulit dan mahal.
2.3.d.   Komponen Basis Obturator Bergigi Palatal Lift Framework.
·         Konektor mayor.
·         Konektor minor.
·         Rest.
·         Direct retainer.
·         Indirect retainer.
·         Ekor.
2.4.      Desain Obturator Palatal Lift Framework.
            Pemahaman prinsip-prinsip desain  yang tepat dan benar harus diperhatian sehingga protesa mendapatkan dukungan memadai dari gigi penjangkaran, dukungan basis yang optimal dan oklusi yang harmonis dan fungsional, sehingga  tujuan perawan prosthodontik  “memulihkan apa yang hilang sambil melestarikan apa yang ada” dapat benar-benar akan terpenuhi.11
2.4.a.   Desain Retainer.8
Retainer merupakan komponen yang paling penting dalam kontribusi terhadap keberhasilan protesa obturator. Retainer yang dirancang dengan baik akan mengurangi tekanan yang dikirim ke gigi penjangkaran dan mempertahankan obturator agar tetap pada tempatnya. Oleh karena itu desain harus mengikuti prinsip-prinsip dasar desain clasp, yaitu :
·                         Penempatan harus pasif sampai diaktifkan oleh tekanan fungsional.
·                         Retensi harus tetap berada ditempatnya.
·                         Stabilisasi. Masing-masing komponen retainer harus menjadi penguat.
·                         Cengkram harus mengelilingi gigi lebih dari 180 derajat, baik secara berkesinambungan atau secara terputus.
·                         Suport harus tersedia sehingga mencegah terjadinya gerakan pada jaringan, ginggiva atau gigi penjangkaran dapat dicegah.
·                         Gerakan sekecil apapun harus diminimalisir.
2.4.b    Desain Defek Rahang Atas.
Desain obturator framework rahang atas sangat bervariasi. Tujuan desain adalah untuk memilih komponen yang paling cocok untuk melawan berbagai gaya yang timbul pada  prostesa tanpa adanya tekanan berlebihan pada gigi yang tersisa dan struktur jaringan lunak. Untuk itu Mohammed A Aramany,DMD,MS memperkenalkan tentang prinsip-prinsip dasar desain protesa obturator lepasan untuk pasien kehilangan gigi, dan menyatakan bahwa desain defek pada rahang atas dibagi menjadi 6 klasifikasi,8 yaitu :
·                     Klasifikasi Desain Defek Kelas I
Defek 1 sisi maksila, berupa kehilangan gigi dan tulang alveolar sampai garis median. Desain yang dibuat dapat berupa garis atau tripodal.
Gambar 5. Klasifikasi desain defek kelas 1
Dua desain dasar yang direkomendasikan untuk Kelas I defek maksila, baik berupa garis ataupun tripodal. Retensi diagonal  yang bertentangan sebagai penguat yg dipakai adalah yang pertama, dan retensi bukal yang digunakan pada kedua.
Gambar 6. Retensi dan penguat saling berlawanan secara diagonal.
Framework  dengan desain lurus dalam masa percobaan-untuk defek maksila Kelas I. Perhatikan bahwa retensi dan penguat yang saling berlawanan secara diagonal.
·                     Klasifikasi Desain Defek Kelas II
Defek berada di satu sisi posterior maksila, gigi yang tersisa pada anterior dan  posterior sisi lain.
Gambar 7. Klasifikasi desain defek kelas II.
Dalam desain Kelas II, gigi di sebelah defek adalah splinted. Retensi ditempatkan pada seluruh gigi penopang, dan retensi indirect terletak di sisi berlawanan dari defek. Alat pemandu  berada di permukaan proksimal gigi molar kedua dan gigi di sebelah defek.
Gambar 8. Dalam klasifikasi ini, premaxilla di sisi defek dipertahankan. Desain bilateral ini mirip dengan desain Kelas II Kennedy GTSL.
Desain tripodal dianjurkan. tripoding dari dua gigi yang berdekatan dengan defek dianjurkan. Dukungan utama ditempatkan pada gigi terdekat defek serta molar yang paling posterior pada sisi yang berlawanan. Sebuah retainer langsung diposisikan sebagai garis tegak lurus terhadap titik tumpu mungkin.
Panduan bidang ini terletak di proksimal pada permukaan distal gigi anterior dan permukaan distal gigi molar (Gambar 3 dan 4). Retensi pada semua gigi penyangga terletak pada permukaan bukal, dan komponen stabilisasi ditempatkan pada permukaan langit-langit.  
·                     Klasifikasi Desain Defek Kelas III
Defek terletak di bagian tengah Palatum dan semua gigi berada dalam kondisi terpelihara, desain didasarkan pada konfigurasi segi empat.Dukungan secara luas didistribusikan dikedua gigi premolar ( kiri dan kanan ) serta gigi molar terakhir ( kiri dan kanan ).


Gambar 9. Klasifikasi desain defek kelas III
Retensi kelas III,  penguat dan dukungan berasal dari empat buah gigi penyangga yang terpisah.
Gambar 10. Sebuah prostesa obturator Kelas III didalam mulut.
·                     Klasifikasi desain defek kelas IV.
Defek maksila melewati garis median, gigi yang tersisa ada diposterior disalah satu sisi rahang. Ini adalah desain linear. Dukungan terletak di tengah seluruh gigi yang tersisa. Retensi terletak dimesial pada gigi premolar dan molar pada sisi palatal. Menstabilkan komponen palatal pada gigi premolar dan bukal pada gigi molar (Gbr. 10 dan 11).
Gambar 11. Klasifikasi desain defek kelas IV
Retensi dan penguat merupakan diagonal yg berlawanan. Bidang pemandu  dipasang di permukaan proksimal gigi disamping defek dan gigi posterior bagian tengah.
Gambar 12. Desain konfigurasi segi empat
Permukaan jaringan prostesa obturator dibuat untuk pasien defek maksila kelas IV. Gigi yang tersisa dalam waktu kurang dari kondisi yang optimal, diikuti desain konfigurasi segi empat (Gambar 11).
·                     Klasifikasi desain defek kelas V
Defek pada maksila di dua sisi melewati garis median.
Gambar 13. Klasifikasi desain defek kelas V.
Splinting dianjurkan untuk gigi-geligi anterior. Desain tripodal menuntut adanya retensi pada bukal dan penguat di palatal. Dukungan berasal dari komponen splint dan retensi tidak langsung terletak pada gigi insisif pertama.
·                     Klasifikasi desain defek kelas VI.
Reseksi atau defek pada regio antara 2 sisi gigi yang sisa pada posterior.
Gambar. 14 Desain defek Kelas VI
Dalam defek Kelas VI, gigi abutment di sebelah defek adalah splint dalam hubungannya dengan konektor silang-arch bar. Retensi, penguat, dan dukungan yang berasal dari empat abutment
Untuk kehilangan gigi pada rahang atas digunakan klasifikasi Kennedy14 :
-  Kelas I     : daerah tak bergigi terletak dibagian posterior dari gigi yang masih ada dan berada pada kedua sisi rahang ( bilateral)
-  Kelas II   : daerah tak bergigi terletak dibagian posterior dari gigi yang masih ada, tetapi berada hanya pada salah satu sisi rahang (unilateral)
-  Kelas III  :  daerah tak bergigi terletak diantara gigi-gigi yang masih ada dibagian posterior maupun anteriornya dan unilateral.
-  Kelas IV  :  daerah tak bergigi terletak pada bagian anterior dari gigi yang masih ada dan melewati garis tengah rahang.

 2.5.      Komponen Protesa Obturator Bergigi Palatal lift Framework.
2.5.a.   Komponen terbuat dari logam
Gambar 15. Contoh Komponen ProtesaFramework.
·                     Konektor mayor.
Adalah bagian dari protesa palatal lift framework yang menghubungkan satu sisi rahang dengan sisi lainnya , dan memberikan stabilisasi bilateral.
Macam-macam mayor konektor untuk rahang atas ,12 yaitu :
- Single Palatal bar atau strap.
Digunakan untuk klasifikasi kennedy kelas III dan II
- Antero-posterior Palatal bar = double palatal bar
Digunakan untuk klasifikasi kennedy kelas II.
- Horseshoe
Digunakan untuk klasifikasi Kennedy kelas II.
- Closed Horseshoe
Digunakan untuk klasifikasi kelas 1 dan II.
- Full Palate
Digunakan untuk Klasifikasi Kennedy kelas I.
·                     Minor konektor.
Konektor minor merupakan komponen penghubung antara komponen mayor dengan komponen lainnya yang berfungsi membagi beban kunyah ke gigi penjangkaran dan  menahan pergerakan kearah lateral.
·                     Rest
Adalah bagian dari cengkram yang merupakan penyangga dan memberi dukungan bagi gigi tiruan.dan berfungsi meneruskan tekanan kunyah kearah apikal dan mencegah pergerakan protesa ke arah ginggival.
Tipe-tipe rest adalah sebagai berikut :
-            Occlusal rest
-            Cinggulum rest.
-            Incisal rest.
·     -            Direct Retainer atau cengkram atau clasp.
Cengkram adalah bagian dari basis kerangka logam yang memegang  dan terletak pada gigi penjangkaran dengan maksud menahan protesa agar tetap berada pada kedudukannya apabila ada gaya-gaya yang terjadi sehingga protesa tersebut dalam keadaan stabil.
Macam-macam cengkram tuang :
a.         Cengkeram tuang oklusal.
-            Cengkeram akers atau simple circlest clasp : adalah cengkram yang sering dipakai, sederhana, efektif, cukup kuat dan memenuhi persyaratan suatu cengkeram.
-            Cengkram mengarah kebelakang ( Back action clasp)  digunakan pada gigi posterior dengan retensi sedikit, dengan memanfaatkan gerong rentif pada bagian distal dan mesio buccal seperti pada molar atas. Cengkeram konektor minor ditempatkan pada mesiopalatal.
-            Cengkeram Circlet C atau fish hook clasp atau cengkram kail ikan atau hairpin clasp, bentuknya seperti kail ikan, merupakan modifikasi cengkram akers, dimana satu atau kedua lengannya diputar membalik untuk menempati gerong retentif dekat daerah tak bergigi. Digunakan untuk gigi molar yang miring ke mesial dengan undercut pada permukaan emsial tidak dapat dibuat pada cengkram tipe bar.
-            Cengkram reverse back action, merupakan modifikasi back action clasp dengan memanfaatkan gerong mesio-lingual dengan konektor minor pada permukaan  mesio bukal dan rest.
-            Cengkeram setengah-setengah atau half and half clasp, digunakan untuk gigi premolar yang berdiri sendiri, terdiri dari 2 lengan dan 2 rest.
-            Cengkeram caninus atau cuspid universal clasp , digunakan untuk gigi kaninus.
-            Cengkram akers ganda atau double acerrs clasp, digunakan pada sisi rahang yang tidak kehilangan gigi, misalnya pada kelas II kennedy tanpa modifikasi.
-            Cengkeram embrasur atau Embrasure clasp, seperti akers ganda tetapi lengan bukal terletak pada embrasure gigi dan pendek saja.
-            Multiple atau Multiple clasp menggunakan 2 buah akers saling berhadapan dan lengan lingualnya disatukan.
-            Cengkram cincin atau ring clasp, digunakan pada gigi molar terakhir yang berdiri sendiri
-            Cengkram cincin membalik atau reserve ring clasp, digunakan untuk gigi penyangga yang terletak di anterior dari daerah yang tak bergigi.
-            Cengkram lengan panjang atau Long arms clasp, seperti cengkram akers, tetapi lengannya diperpanjang sampai ke gigi tetangga.
-            Cengkram kombinasi, merupakan cengkram sirkumferensial dikombinasikan dengan cengkeram ginggival.
b.    Cengkeram gingival atau tipe bar.                  
-            Cengkeram proksimal de van (de van Infrabulge clasp)
-            Jenis ini memanfaatkan retensi gerong  proksimal , cengkeram ini berawal dari tepi basis protesa dan dapat berupa perluasan rangka logam atau ditanam dalam basis akrilik.
-            Cengkeram batang roach (roach bar clasp)
-            I-bar
-             Modifikasi bar seperti RPI, RPY. Cengkeram ini hanya dapat diterapkan pada elemen paling ujung untuk pembuatan sadel yang berakhir bebas.
·                    Indirect retainer
Indirect Retainer adalah bagian dari gigi tiruan yang membantu direct retainer, untuk mencegah pergerakan basis distal gigi tiruan terhadap daya ungkit, indirect retainer ini diperoleh dengan cara memberikan retensi pada sisi yang berlawanan dari garis fulkrum.
·                         Ekor pada bagian posterior.
Merupakan bagian dari basis obturator yang terdiri dari speech appliance atau speech aid, digunakan untuk memperbaiki defek pada palatum lunak, palatum keras dan velopharyngeal extension untuk memperbaiki fungsi bicara.4
2.5.b.   Komponen yang terbuat dari resin akrilik.
·       Basis atau Sadel
Basis gigi tiruan disebut juga sadle, merupakan bagian yang menggantikan tulang alveolar yang sudah hilang dan berfungsi mendukung gigi tiruan.
·       Elemen Gigi Tiruan.
Elemen Gigi tiruan adalah adalah bagian dari gigi tiruan lepasan yang berfungsi mengganti gigi asli yang hilang.



2.6.            Bahan dan Alat.
2.6.a.       Bahan .
·         Logam kobalt kromium
Logam ini memiliki modulus elastisitas yang tinggi, dapat memberikan banyak keuntungan terutama lengan cengkeram dapat dibuat tipis. Hal ini memberikan keuntungan yang besar untuk kenyamanan pasien.
·         Hydrocolloid Reversible.
Komponen dasar bahan cetak hydrocolloid  adalah berupa agar, tetapi ini adalah komponen utama berdasarkan berat. Agar adalah coloid hydrofilik organik (polisakarida) di ekstrak dari rumput laut jenis tertentu.
·           Resin Akrilik
Merupakanan suatu bahan resin yang dipakai dibidang kedokteran gigi, dengan bahan dasar polimetil metakrilat yang memberikan sifat polimerisasi dan karakteristik penting yang dibutuhkan  untuk digunakan dalam rongga mulut. .
Ada 2 Jenis resin akrilik  yang sering digunakan,yaitu :
-  Turunan yang berasal dari asam akrilik CH2 = CHCOOH
-  Turunan yang berasal dari asam metakrilat CH2=C(CH3) COOH.
·            Base plate wax
Base plate wax digunakan untuk membuat basis gigi tiruan, membentuk kontur dari gigi dan memegang posisi sebelum gigi tiruan tersebut diproses menjadi sebuah protesa.
Ada 3 tipe base plate wax. Yaitu :
-  Tipe  I,   lunak
- Tipe II , sedang
-  Tipe III, keras
·            Gips.
Kandungan utama gips dan stone gigi adalah kalsium sulfat hemihidrat (CaSO4)2. H20. Perbandingan atau rasio biasanaya disingkat sebagai ratio w/p. Perbandingan w:p adalah 0,6 bila 100gr gips dicampur dengan 60 ml air dan 0,28 bila 100 gr.
·           Plastic retention.
Plastic retention merupakan komponen basis retensi yang dibuat dari bahan pola malam  siap pakai yang nantinya dijadikan retensi logam untuk memegang akrilik dan elemen gigi.
Retensi basis gigi tiruan dapat dibagi menjadi 4 tipe, yaitu :
-       Beads atau nailheads.
Retensi basis ini dibuat dari sheet wax atau plastics pada konektor utama diatas daerah tidak bergigi.
-       Open latticework
Tipe ini dipilih untuk perpanjangan basis gigi tiruan dan segmen dukungan dimana terdapat ruang yang cukup.
-            Mesh Work.
Retensi basis ini berupa lapisan lilin tipis yang akan menjadi metal yang terletak pada daerah residual ridge. Retensi basis ini berbentuk lubang-lubang. Mesh work ini lebih lemah dibandingkan dengan penggunaan open lattice work, terutama pada indikasi dimana terdapat ruang vertical yang terbatas.
-            Retensi Basis Metal
Retensi ini sering digunakan untuk segmen dukungan gigi posterior. Dimana penyembuhan untuk residual ridge sangat baik dan terdapat ruang vertikal yang sangat terbatas dimana perlekatan basis akrilik tipis dan lemah.
·           Gips
Kandungan utama gips dan stone gigi adalah kalium sulfat hemihidrat (CaSO4)2. H2O. Perbandingan atau rasio biasanya disingkat sebagai w:p. Perbandingan w:p adalah 0,6 bila 100gr gips dicampur dengan 60ml air dan 0,28  hila 100gr stone dicampur dengan 28ml air. Pengadukan tangan dengan spatula umumnya memerlukan sedikitnya 1 menit untuk memperoleh adukan yang halus. Setelah pengadukan aduk kerja yang cukup untuk mengisi cetakan dan membersihkan peralatan sebelum gipsum mengeras sekitar 3 menit. Waktu pengerasan plester dan stone bervariasi antara 30-60 menit10.
Ada 5 tipe gipsum:
a.    Tipe I          : Gips untuk bahan cetak, digunakan untuk cetakan akhir dalam pembuatan gigi tiruan penuh.
b.   Tipe II         : Gips untuk bahan pendam, digunakan untuk mengisi kuvet dalam pembuatan protesa.
c.    Tipe III       : Dental Stone,digunakan untuk pembuatan model protesa.
d.   Tipe IV : Dental stone kekuatan tinggi, digunakan untuk pembuatan die
e.    Tipe V         : Dental Stone dengan kekuatan ekspansi tinggi, digunakan untuk pembuatan flexi denture.
2.6.b. Alat.
·         Trimmer
·         Surveyor
·         Lecron, pisau malam, dan lampu spirtus,
·         Duplicating flask
·         Hydrocolloid Storage
·         Oven furnace Preheating
·         Drying oven, vibrator
·         Investing ring
·         Sandblaster
·         Elektropolisher
·         Centrifugal Casting
·         Torch
·         Flask atau Cuvet
·         Okludator
·         High speed grinder
·         Macam-macam mata bor
·         Investing ring

2.7.            Istilah-istilah Yang Ada Dalam Tahapan Rencana Kerja.
2.7.a. Pembuatan Framework.11,12,13,14
·      Survey Model.
Survey model adalah prosedur menganalisa model kerja, untuk mendapatkan gambaran daerah undercut yang diharapkan  (retentif desirable) dan  daerah undercut  penyulit (undesirable retention), Dari undercut tsb maka didapat tujuan mensurvey studi model, yaitu dapat menentukan :
-       Gambaran kontur terbesar pada gigi pendukung.
-       Undercut  yang tidak diharapkan  yang harus ditutupi.
-       Arah terbaik pemasangan dan pelapasan protesa,.
-       Bidang pemandu (guiding plane) dari permukaan proksimal yang disejajarkan.
-       Penempatan cengkram,
-       Daerah retensi
-        Catatan hubungan posisi model  yang telah ditetapkan agar dapat dikembalikan pada surveyor seperti keadaan semula.
·                Transfer Desain.
Transfer desain adalah memindahkan outline yang dibuat untuk gigi tiruan dari model studi ke model kerja.
Kemudian, membuat suatu desain gigi tiruan yang menggambarkan batas gigi pada model dengan menggunakan pensil sehingga kelihatan desain kerangka logam yang akan dibuat.
Warna pensil yang digunakan untuk menggambar desain kerangka logam, yakni:
-          Warna coklat, untuk bagian logam dari kerangka logam.
-          Warna merah, untuk bagian rest, daerah retentiveI undercut terletak diujung cengkeram dan relief.
-          Warna biru, untuk bagian dasar akrilik gigi tiruan
-          Warna hitam, untuk garis survey dan undercut jaringan.
·                Prosedur block out dan relief.
Blockout adalah menghilangkan daerah undercut yang tidak diinginkan pada model, untuk digunakan dalam pembuatan gigi tiruan sebagai lepasan, dengan cara menutup daerah undercut menggunakan lilin cair.
Relief adalah prosedur penempatan selapis tipis malam pada daerah yang ditentukan pada model kerja, untuk dibuat suatu salinan yang akan menghasilkan model refraktori, yang bertujuan untuk menyediakan ruang antara kerangka logam dan model atau jaringan lunak.
·                Duplicating dan refractory cast.
Duplicating adalah  proses menduplikasi model kebentuk yang akurat untuk mendapatkan suatu refractory cast.
Refractory cast adalah suatu model yang dibuat dari bahan yang tahan  terhadap temperatur tinggi pada saat pembakaran dan casting. Duplicating menggunakan bahan cetak reversible hydrocolloid (agar) untuk mendapatkan mould space, yang akan diisi dengan bahan tanam. Bahan cetak ini dapat di gunakan berulang-ulang.
Model refraktori adalah model yang diperoleh dari bahan tanam untuk pembakaran pada suhu tinggi tanpa membuatnya hancur ketika digunakan pada proses casting dalam pembuatan gigi tiruan.
·                Transfer desain ke model refraktori.
Memindahkan desain dari model kerja ke model refraktori harus dilakukan dengan teliti.
·                Waxing.
Waxing adalah proses pembentukan pola malam atau pola plastik untuk membuat gigi tiruan sebagian lepasan kerangka logam.
·                Sprueing dan pembuatan crucible former.
Sprueing adalah proses pembuatan lubang saluran logam cair menggunakan gulungan malam dengan diameter tertentu untuk mempersiapkan jalan masuk logam cair ke dalam mould space dan dapat pula berfungsi sebagai reservoir metal selama proses casting.
·                Investing dan bourning out.
Investing adalah proses menanam seluruh dari objek model seperti pola malam atau mahkota tiruan  dengan menggunakan bahan tanam , sebelum dilakukan casting.
Burning out adalah proses menghilangkan pola malam yang sudah ditanam dengan cara memanaskan, untuk mempersiapkan mould yang akan diisi dengan logam cair.
·                Casting.
Adalah proses menghasilkan suatu coran  atau penuangan di dalam mould space.
Ada 3 cara untuk melakukan casting.Yaitu :
-       Centrifugal Casting, yaitu proses memasukan  logam kedalam mould dengan menggunakan alat centrifugal.
-       Casting injuction, yaitu proses memasukan logam kedalam mould dengan menggunakan alat induction..
-       Casting vaccum, yaitu proses memasukan logam kedalam mould dengan cara menggunakan alat vacum.
·                Sanblasting.
Adalah proses pembuangan sisa bahan tanam dan oksida hijau yang melekat pada logam hasil casting.
·                Penyelesaian dan pemolesan.
Penyelesaian dan pemolesan adalah prosedur menghilangkan permukaan kasar dan mengkilapkan  permukaan kasar dan mengkilapkan permukaaan kerangka logam dengan menggunakan bahan abrasif (hard stone bur) untuk penyempurnaan kerangka logam.
Dalam proses penyelesaian dan pemolesan ini diawali dengan melakukan pemotongan sprue dan pengikisan kerangka logam yang tidak diperlukan, kemudian dilakukan proses electropolishing untuk menghilangkan sisa karbon yang melekat pada permukaaan kerangka logam.
2.7.b.   Penanaman Elemen Gigi Akrilik.16,17,18
·         Membuat basis model dan 3 takik (tekukan pengontrol)
Adalah proses pembuatan dasar model kerja dilanjutkan dengan pembuatan 3 buah tekukan pengontrol untuk mempermudah proses peletakan pada artikulator dan saat selektive grinding.
·                Pembuatan galengan gigit
Adalah pembuatan sadle dari bahan base plate wax yang dibentuk sedemikian rupa yang digunakan untuk meregistrasi hubungan rahang atas dan rahang bawah.Registrasi oklusi oleh dokter gigi.20
·                Pemasangan ke Artikulator
Adalah meletakan dan merekatkan dengan gips model rahang atas dan model rahang bawah agar model tetap dalam posisi oklusi untuk selanjutnya dilakukan penyusunan gigi dengan artikulasi yang sesuai.
·                Penyusunan elemen gigi.
Adalah meletakan elemen gigi tiruan di daerah daerah tidak bergigi.
·                Flasking.
Adalah menanam model beserta komponen lainnya kedalam kuvet menggunakan bahan tanam gips putih (plaster of paris).
·                Boiling out.
Adalah proses membuang pola malam dengan cara dipanaskan dalam suhu dan waktu tertentu lalu dibuka kuvetnya, lalu menyiramkan seluruh malam untuk mendapatkan Mould space.
·                 Packing,.
Adalah memberi adonan akrilik yang merupakan campuran antara liquid dan bubuk akrilik.
·                Press percobaan.
Adalah penekanan yang dilakukan beberapa kali untuk mendapatkan suatu keadaan dan jumlah adonan yang tepat. Bilamana terdapat kelebihan maka harus dilakukan pembuangan.
·                Curing.
Adalah proses pemanasan yang dilakukan untuk mempolimerisasikan resin akrilik dalam waktu tertentu sesuai dengan petunjuk pabrik.
·                 Deflasking.
Adalah mengeluarkan model beserta protesa yang telah jadi dari dalam kuvet, lalu dibersihkan dari bahan tanam.
·                Remounting dan selektive grinding.
Adalah prosedur peletakan kembali model beserta akrilik disesuaikan dengan posisi awal dan selanjutnya dilakukan pengurangan pada elemen gigi tiruan untuk mendapatkan relasi sentris yang tepat.
·                Penyelesaian dan pemolesan.
Adalah tahap penyempurnaan bentuk prothesa dengan melepaskan protesa dari model kerja, lalu membuang sisa-sisa resin akrilik dan gips strone yang tersisa pada basis atau pada daerah sekitar gigi menggunakan bur, untuk selanjutnya dilakukan proses penyesuaian dan pemolesan untuk mendapatkan  protesa obturator yang diinginkan.












BAB III
RENCANA PROSEDUR PEMBUATAN
PROTESA OBTURATOR BERGIGI PALATAL LIFT DENGAN BASIS FRAMEWORK PADA KASUS CLEFT PALATE DIBAGIAN POSTERIOR
( STUDI MODEL )

Berdasarkan studi model, dalam bab ini menjelaskan tahap-tahap yang akan penulis lakukan dalam prosedur laboratorium pembuatan obturator palatal lift dengan basis framework pada kasus cleft palate dibagian palatum lunak disertai kehilangan gigi posterior.
3.1.      Keadaan Model Kerja
Penulisan karya tulis ilmiah ini diangkat berdasarkan studi model yang didapat dari  Laboratorium Dental Teknik Gigi Rumah Sakit Umum Pusat Nasional  Cipto Mangunkusumo Jakarta  dan akan direncanakan dibuat di Laboratorium Teknik Gigi Jurusan Teknik Gigi PoltekesKemenkes Jakarta II.
Gambar 16.
Model  kerja

Kasus
:
Kehilangan gigi    65   24567   disertai adanya defek pada daerah palatal bagian posterior.



Keadaan gigi
:
·           Terdapat defek dipalatal bagian posterior dengan diameter ±2 cm.
·           Oklusi RA dan RB tidak stabil
·           Antagonis merupakan Gigi Asli
Surat Perintah Kerja
:
Buatkan protesa obturator dari framework sesuai dengan desain dibawah ini.


Warna Gigi
:
A3

Desain obturator
:




















Gambar 17. Desain basis framework.
Gambar 18. Desain protesa obturator bergigi palatal lift dengan basis framework  pada kasus cleft palate di posterior.


 Keterangan gambar 16 dan 17 :
1). Mayor konektor jenis full palate  
2). Mesh work 
3). Akers
 4). RPY
5). Finishing line
6). Sadel 
7). Ekor obturator    
 8).Elemen gigi tiruan.
Pada kasus studi model diatas menggunakan klasifikasi desain defek kelas II, desain ini mirip dengan klasifikasi kennedy kelas II GTSL.
3.2. Persiapan Alat dan Bahan.
Alat dan bahan yang akan digunakan dalam prosedur pembuatan obturator palatal lift dengan basis framework pada kasus cleft palate dibagian palatum lunak disertai kehilangan gigi posterior  adalah sebagai berikut :
3.2.a. Alat-alat kecil

-          Stone bur kasar dan halus
-          Pensil dan penghapus
-          Spatula
-          Bowl
-          Lampu spiritus
-          Amplas kasar dan halus
-          Fraser
-          Alat kerja kain putih
-          Pensil
-          Glass plate
-          Kuas
-          Mixing jar
-          Surveyor
-          Lecron
-          Pisau malam
-          Flask Acrylik
-          Duplicating flask
-          Sikat hitam
-          Wool wheel
-          Press meja
-          Press Air
 
3.2.b.   Alat-alat besar

-          Cellopan
-          Duplicating flask
-          Vibrator
-          Hydrocolloid storage
-          Drying oven
-          Sandblaster
-          Bor gantung
-          Investing ring


3.2.c.   Persiapan Bahan
            Persiapan bahan bahan yang digunakan adalah sebagai berikut :

-          Model kerja
-          Model refractory cast
-          CMS ( Could Mould Seal )
-          Vaselin
-          Elemen gigi akrilik
-          Pumice
-          Kryt ( CaCo3 )
-          Sabun
-          Gips  plaster ( gips putih )
-          Modeling clay ( lilin mainan)
-          Hydrocolloid reversible
-          Base plate wax
-          Lilin mainan
-          War patern
-          Wax sprue
-          Cairan hardener
-          Cairan aceton
-          Phospat bonded invesment
-          Wax pattern Lingual bar
-          Wax pattern akers
-          Wax pattern rest
-          Meshwork
-          Wax Sprue diameter 3 mm
-          Wax sprue diameter 5 mm
-          Wax linier
-          Asbestos.
-          Pasir Al2O3






3.3.      Tahapan rencana kerja prosedur laboratorium.
3.3.a    Tahapan Rencana Kerja Pembuatan Framework.
                        Terdapat beberapa tahapan yang akan dilakukan dalam pembuatan framework, yaitu :
·           Penerimaan studi model
Model kerja yang diterima untuk dibuatkan framework dirapihkan, dibersihkan dari nodul-nodul  dan dibuatkan basis model.
·           Surveying.
-       Model kerja diletakan pada cast holder, lalu cast holder diletakan pada platform.
-       Lakukan tilting untuk mengetahui daerah undercut dan arah pasang protesa menggunakan analizyngrod.
-       Dengan menggunakan carbon marker buatlah batas garis yang menunjukan daerah undercut.
-       Buat tripoding sebelum model dilepas, dengan cara membuat 3 titik pada model kerja sebagai panduan pada saat meletakan model kerja kembali ke surveyor.
·           Transfer Desain.
Transfer desain dilakukan dimodel kerja sesuai dengan desain yang direncanakan.
·           Blok Out.
Daerah undercut yang tidak menguntungkan diblokir menggunakan base plate wax type hard yang dicairkan. Bagian defek ditutup semua bagiannya dan pemblokiran disesuaikan dengan bentuk anatomi palatum.
·           Beading , relief dan pembuatan stoper.
Beading diletakan pada bagian posterior yaitu pada garis Ah line dengan melakukan pengerokan sedalam ± 0,2 mm menggunakan lekron untuk menambah retensi.
Relief, pemberian selapis tipis wax pada daerah edentulous untuk mendapat ruangan yang nantinya akan diisi oleh akrilik
Stoper, dibuat dengan melubangin wax sebagai penahan framework.
·           Rendam dengan air slurry
Model direndam dengan air slurry selama ±30 menit agar cairan hydrocolloid tidak menyerap pada model kerja yang menyebabkan sulitnya mengeluarkan model kerja dari hydrocolloid mould.
·           Flasking
-       Model yang telah di bloking dan direndam air slurry segera disesuaikan penempatannya  pada duplicating flask untuk mendapatkan posisi yang tepat, atur jarak antara model kerja dengan flask yaitu berjarak ± 0,63 cm dari tepi flask dan ± 1-2 cm dari tepi atas flask. Setelah sesuai lalu difiksir dengan modeling clay.
-       Kemudian tutup menggukan flask bagian atas, model siap di cor dengan bahan hydrocolloid reversible.
·           Duplicating dan refractory cast
-       Potong kecil-kecil agar hydrocolloid reversible
-       Masukan kedalam Hydrocolloid strorage, lalu panaskan hingga suhu 920C
-       Sambil menunggu turunnya suhu, persiapkan duplicating flask untuk mendapatkan posisi yang tepat saat dituang agar cair.
-       Turunkan suhu perlahan hingga suhu 54oC-52oC, lalu segera alirkan cairan hydrocolloid tadi melalui salah satu lubang saja dari 3 lubang yang terdapat pada flask bagian atas.
-       Flask dibiarkan dingin secara alami, atau bisa juga dilakukan pendinginan bantuan dengan cara direndam dengan air dingin hingga batas alas bawah flask.
-       Setelah flask dingin, flask dibuka, model dikeluarkan perlahan-lahan dengan mengalirkan air kebagian sisi-sisi model.Tahapan ini harus dilakukan dengan sangat hati-hati agar tidak ada sedikitpun goresan pada duplicating model.
·           Hardening.
Karena refractory cast yang didapat masih terlalu besar, lakukan penyesuaian  besar dengan investing ring menggunakan trimmer kering. Lalu ukur  tepi-tepi model ± 0,03 cm dari investing ring.Selanjutnya refractory cast dipersiapkan untuk proses hardening, yaitu :
-       Refractory cast dikeringkan dalam drying oven hingga suhu ±150oC.
-       Setelah didapat suhu yang dikehendaki, refractory cast dikeluarkan dari drying oven, langsung dicelupkan semuanya dalam cairan hardener selama ± 15 menit.
-       Letakan diatas kertas dengan posisi miring pada 1 sisi model, agar cairan hardener cepat mengalir dan diserap oleh alas kertas.
-       Masukan kembali kedalam drying oven hingga mencapai suhu 200oC.
-       Biarkan sampai benar-benar kering dan dingin.
·           Transfer desain.
Transfer desain dari model kerja ke model refractory untuk mempermudah proses waxing menggunakan pensil warna.
·           Waxing dan sprueing.
Pelaksanaan waxing harus didahului dengan memperhatikan desain yang telah di buat oleh dokter gigi pada SPK.Kemudian operator memperjelas desain yang telah tercetak di refractory cast dengan menggunakan pensil lunak agar tidak merusak model. Penulis menggunakan pensil warna merah untuk desain basis akrilik dan biru  untuk desain konektor mayor, cengkram dan rest.
·           Investing.
Model kerja yang telah dilakukan waxing dan sprueing terlebih dahulu diolesi cairan aceton agar perlekatan perlekatan antara pola malam dengan bahan invesment sempurna.
-       Refractory cast diletakan pada investing ring dengan cara lubang pada refractory cast disejajarkan  dengan lubang alas investing ring.
-       Tepi-tepi model refractory difiksir ke alas investing ring agar tidak lepas atau berubah posisi saat investing.
-       Kemudian lakukan proses investing sama seperti pada saat pembuatan  refractory cast.
Namun perlu diketahui antara perbedaan pemakaian vibrator saat investing untuk refractory cast dengan investing untuk casting.Yaitu pada saat bahan investment telah menutupi seluruh pola malam vibrator harus segera dimatikan, karena getarannya dapat merubah posisi pola malam yang telah ditanam dengan bahan invesment phospad bonded didalam investing ring.
·           Burn out.
Untuk menghilangkan kelembaban mould , menghilangkan malam dan mengekspansi mold untuk mengkompensasi penyusutan metal pada waktu pendinginan maka harus dilakukan burn out, yaitu :
-       Masukan mould kedalam oven dengan crucible menghadap kebawah untuk memudahkan pembakaran dan mengeluarkan wax yang mencair.
-       Naikan suhu dari suhu kamar ke 200oC selama 30 menit, kemudian naikan 400oCselama 30 menit, kemudian naikan lagi ke suhu 800oC biarkan selama 30 menit. Untuk menstabilkan suhu agar tetap konstan.
·           Casting.   
Casting  dilakukan menggunakan alat induktion .
·           Sandblasting.
Untuk membersihkan sisa-sisa bahan tanam,menghilangkan oksida hijau pada logam maka dilakukan penyemprotan pasir AL203  menggunakan sandblaster dibantu kompresor .20
·           Pemolesan dan elektropilishing
Caranya :
-       Gunakan disk stone lakukan pemotongan semua sprue dengan alat high speed.
-       Agar deposit terangkat dan untuk menghilangkan warna suram pada logam maka lakukan perendaman didalam cairan elektropolishing P2S04 didalam mesin elektropolishing (elektro brightening machine) yang dilengkapi penggaturan ampermeter (4-5 amper) selama ±5-9 menit.
-       Cuci dengan air yang mengalir lalu keringkan dengan hembusan angin.
-       Poles semua permukaan menggunakan rubber disk dan rubber wheel menggunakan bahan coumpound  untuk lebih mengkilapkan framework.
-       Bersihkan sisa polesan dengan menggunakan metal cleanser atau air hangat dengan campuran sedikit sabun cuci.
3.3.B. Tahapan Rencana Kerja Pemasangan  Elemen Gigi Tiruan Akrilik Dan Penutupan Defek.
Framework yang telah diselesaikan dikembalikan ke model kerja untuk dipasang elemen gigi tiruan. Tahap berikutnya adalah  pembuatan prothesa gigi tiruan sebagian lepasan :
·                     Mengganti blok  lilin dengan gips plaster.
-       Bloking wax dihilangkan dengan cara disiram dengan air panas.
-       Blok daerah undercut gigi penjangkaran dengan gips plaster.
·                     Fitting
Tempatkan frameworl secara sempurna pada model kerja.
·                     Membuat galengan gigit dan penutupan defek
-       Pada pembuatan galengan gigit, bagian mesh work ditetesi base plate wax cair terlebih dahulu.
-       Buat gulungan lilin membentuk galengan gigit
-       Lekatkan galengan gigit tadi di bagian mesh work.
-       Melihat ruang defek yang kecil maka penulis menutup semua defek dengan resin heat akrilik dan tidak membuatkan bulb hollow didaerah defek.
·                     Menentuan gigitan.
Penentuan gigitan dilakukan oleh dokter gigi.
·                     Penanaman kembali kedalam artikulator
·                     Penyusunan elemen gigi di galengan gigit.
·                     Wax Countouring.
Pada saat wax cotouring, wax dibentuk sesuai anatomi gigi asli dan jaringan mulut sebenarnya lalu dirapihkan dan di haluskan menggunakan kain satin.
·                     Flasking.
-       Penanaman dilakukan diflask bagian bawah, hanya elemen gigi tiruan dan malam saja yang terlihat (pulling the casting). Tunggu sampai bahan tanam gips plester mengeras.
-       Setelah mengeras oleskan seluruh permukaan bahan tanam menggunakan bahan separator sampai rata.
-       Letakan flask bagian atas, dan tuangkan bahan tanam, kemudian tutup dan lakukan penngepresan menggunakan press meja selama 30 Menit.

·                     Boiling out
-       Setelah bahan tanam mengeras dengan sempurna, flask dilepas dari press meja dan dipress lagi menggunakan press air.
-       Masukan press dalam air panas selama 5 – 10  menit, lalu buka press untuk selanjutnya siram seluruh press menggunakan air panas sampai terlihat wax benar-benar bersih. 
·                     Packing
-       Olesi permukaan model dengan CMS
-       Pemolesan menggunakan CMS tidak boleh mengenai framework dan elemen gigi.
-       Buat adonan akrilik sesuaikan ratio w/p, tunggu sampai doughstage.
-       Masukan adonan tersebut ke mould space lalu lakukan press percobaan beberapa kali sampai kelebihan resin akrilik tidak ada lagi. Agar mudah dilepaskan maka pada saat press percobaan gunakan cellophane.
·                     Curing
Pemanasan yang dilakukan untuk mempolimerisasikan resin akrilik tentunya disesuaikan dengan petunjuk pabrik.
·                     Deflasking.
-          Deflasking dilakukan bila flask diyakini benar-benar telah mencapai suhu ruang, baru boleh dilepas dari hidropress.
-          Buka kuvet atas dan bawah secara hati-hati, buang seluruh bahan tanam menggunakan tang gips..
·                     Remounting dan selektif grinding.
Remounting dan selektif grinding perlu dilakukan agar pada saat dokter gigi memasukan kedalam mulut pasien mengalami kesulitan. 
·                     Penyelesaian dan pemolesan
Pada tahap penyelesaian  dan pemolesanpun harus dilakukan secara hati-hati agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan


.